Terjadi banyak polemik antara pro dan kontra terkait kebijakan Pemerintah yang mewajibkan untuk menunjukkan hasil tes Antigen dan PCR saat berkendara terutama menggunakan angkutan umum baik itu pesawat dan kereta api. Â tes RT PCR lebih baik dari tes swab antigen. Sebab akurasi dalam mendeteksi Covid-19 lewat PCR lebih tinggi.Â
Dia juga menjelaskan mengapa pesawat terbang membutuhkan skrining yang lebih ketat. Sebab, kondisi fisik di dalam pesawat cenderung lebih tertutup apabila dibandingkan dengan transportasi lain.Â
Potensi penularan (Covid-19) tinggi di ruang tertutup, kondisi banyak orang dan waktunya lama.
Misalnya, pesawat terbang, kapal pesiar dan sebagainya Dengan adanya potensi tersebut semua pihak tentu tidak ingin penularan Covid-19 akibat perjalanan dalam negeri membuat Indonesia kembali melonjak seperti pada Juli-Agustus lalu. pada saat itu Indonesia pernah mencatat kematian akibat Covid-19 mencapai lebih dari 2.000 kasus dalam sehari.Â
Selain itu, Indonesia juga pernah mengalami jumlah kasus mingguan paling tinggi di dunia. tentu saja kita semua tidak ingin itu terjadi oleh karena itu Untuk mengantisipasi lonjakan kasus terkonfirmasi serta penyebaran varian baru COVID-19, Kementerian Kesehatan mendorong daerah untuk menggencarkan 3T (Testing, Tracing dan Treatment), supaya bisa segera dilakukan tindakan penanganan.
Guna mendeteksi virus, dilakukan test melalui Rapid Antigen dan Swab PCR. Â Namun, sebagian warga masih ragu-ragu untuk melakukan tes usap rapid antigen atau PCR. Â Satgas Penanganan Covid-19 menegaskan, masyarakat tidak perlu ragu melakukan tes Covid-19. Dengan melakukan tes usap rapid antigen dan PCR, seseorang bisa mengetahui kondisi terkini mengenai kesehatan tubuhnya. Bila hasilnya positif COVID-19, maka bisa segera mengambil langkah-langkah untuk melindungi orang-orang di sekitar.
Jika hasilnya negatif, masyarakat harus tetap waspada dan disiplin protokol kesehatan 3M yaitu sering cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak dan memakai masker. Namun, tidak menutup kemungkinan apabila ditemukan kasus dengan hasil pemeriksaan negatif, bisa saja ada kemungkinan terinfeksi tetapi tidak terdeteksi oleh alat tersebut karena akurasinya 80-95%
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H