Mohon tunggu...
Hari Endarwanto
Hari Endarwanto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya rakyat biasa, biasa-biasa saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dukungan Partai Golkar Kepada Pasangan Capres 1 Adalah Sebuah Kesalahan

13 Juli 2014   21:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:27 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono menyatakan, bahwa partainya siap mendukung pemerintah yang terpilih pada Pilpres 2014. Apakah pernyataan ini sesuai tradisi selama ini bahwa partai Golkar selalu berada dalam sistem pemerintahan? apakah Agung Laksono secara pribadi mengakui bahwa pasangan Capres-1 yang didukung partainya akan jeblok? ataukah Golkar sekedar mengamankan diri agar tidak terlempar keluar dari sistem pemerintahan yang baru dan menjadi oposisi? Saya tidak tahu. Namun saya menduga bahwa cukup banyak dari anggota-anggota partai berlambang pohon beringin itu mulai sadar bahwa mereka telah mendukung pihak yang salah. Jika dugaan saya ini benar, maka ini merupakan suatu kabar baik, dimana pejabat2 partai itu dikembalikan pada objektifitas, yang selama ini terberangus oleh otoritas ketua umum Partai, yakni Abu Rizal Bakrie yang memutuskan untuk "mewajibkan" semua anggota partai Golkar untuk mendukung penuh, berkoalisi dengan pasangan capres/ cawapres 1.

Jika saya melihat kilas balik sekian bulan yang lampau, saya menyaksikan bagaimana Abu Rizal Bakrie seperti orang limbung, loncat sana, loncat sini, untuk menentukan kepada pihak mana ia akan membawa partainya berkoalisi. Sebagai orang awam, saya hanya bisa bertanya dalam hati, "Ada udang apa di balik batu?" Ahh, tak taulah saya. Saya tak mau berburuk sangka. Namun melihat tokoh-tokoh orang Golkar yang dikenal sebagai "orang Baik", seperti Anies Baswedan, Agus Gumiwang Kartasasmita, Nusron Wahid, dan Poempida Hidayatulloh, dimana tiga yang terakhir itu sampai dipecat dari keanggotaan Golkar lantaran mencondongkan dukungannya kepada Jokowi-Jusuf Kalla, maka saya cepat sadar bahwa keputusan ketum Golkar untuk berkoalisi dengan pasangan Prabowo-Hatta sebenarnya kurang memperoleh dukungan dari anggota-anggota partai. Ada kemungkinan masih banyak anggota2 partai Golkar yang secara diam-diam sebetulnya condong kepada pasangan Capres/cawapres nomor urut dua.

Sebagai bahan pertimbangan lain, bukankah Jusuf Kalla adalah kader Golkar sendiri? Mengapa Golkar yebagai runner-up dalam pileg "kemaren", malah menghinakan dirinya mendukung pasangan capres/ cawapres dari partai yang jumlah perolehan suaranya dalam pileg kemarin jauh di bawah Golkar sendiri? Itu sebabnya semakin kuat dugaan saya, akan adanya ALASAN TERTENTU dari ketum Golkar. Apakah itu? Saya tidak tau...

Maka menurut hemat saya, walaupun sudah cukup terlambat, namun alangkah baiknya apabila Golkar segera memutar haluan, untuk secepatnya berbalik arah, mendukung pasangan Jokowi-JK. Setidaknya, dengan jumlah kursi yang diraup parta Golkar, maka partai ini dapat mendukung kebijakan Presiden Jokowi (Insya Allah) dan memuluskan roda pemerintahan yang baru.

Saya tidak ingin bicara banyak. Hanya berharap, agar polemik seputar hasil pilpres 2014 kali ini dapat berakhir dengan baik. Bahwa pasangan Capres/cawapres yang memang memperoleh dukungan suara terbanyak rakyat secara riil tanpa intrik tanpa kecurangan,... siapapun itu, ... maka dia lah yang dilantik menjadi RI-1. Namun ijinkan saya berdoa, agar jika terjadi kecurangan, sehingga pasangan yang sejatinya kalah, kok jadi pemenang, mudah-mudahan keduanya, yaitu capres dan cawapresnya lumpuh dan bisu total selama lima tahun ke depan, sehingga gagal dilantik, dan digantikan dengan capres/cawapres yang sejatinya menjadi pemenang, walaupun dinyatakan kalah lewat trik yang memalukan. Saya tidak menghendaki kematian capres/cawapres yang tidak jujur, tetapi berharap agar mereka bertobat, sebab pilpres bukanlah hal yang main-main.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun