Kalau saat ini publik gaduh karena ada dua kasus ingkar janji di dunia politik, jangan heran karena begitu lah politik. Apalagi PDIP, rupanya partai ini terbiasa ingkar janji.
Gerindra sedang uring-uringan. Mereka menganggap PDIP melanggar Perjanjian Batu Tulis. Perjanjian yang ditanda-tangani pada 16 Mei 2009 oleh Megawati Sukarno Putri dan Prabowo Subianto, dengan diperkuat materai Rp 6000 itu terdapat tujuh poin kesepakatan. Pada poin pamungkas, tertulis:
“7. Megawati Soekarnoputri mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden pada Pemilu Presiden tahun 2014.”
Namun janji tinggal janji, dukungan presiden hanya mimpi. Gara-garanya Megawati memberi mandat kepada Jokowi pada hari Jum'at, 14 Maret 2014 lalu. "Bismillah, ya saya telah mendapatkan mandat dari Ketua Umum PDIP Ibu Megawati Soekarnoputri untuk menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan," begitu kata-kata Jokowi setelah mendapat telepon saat tengah blusukan ke Marunda. Sebuah drama yang terencana, karena wartawan sudah mengendus deklarasi ini, makanya blusukan saat itu diiuti oleh banyak sekali wartawan.
Artinya, Megawati Soekarnoputri tak akan memenuhi janjinya untuk mendukung pencapresan Prabowo. Karena Mega telah memilih Jokowi daripada Prabowo.
Kasus ingkar janji lainnya lagi-lagi berkaitan dengan Jokowi. Gubernur Jakarta ini sudah menyatakan janjinya untuk menyelesaikan jabatannya selama lima tahun pada masa kampanye lalu. Videonya beredar di youtube. Sudah banyak orang yang menontonnya. "Katanya saya tidak ingin menyelesaikan lima tahun. Diisukan gitu, untuk apa? Itu biar masyarakat ragu. Oleh sebab itu, dalam gerakan ini saya sampaikan, Jokowi dan Basuki komit untuk memperbaiki DKI dalam lima tahun," begitu janjinya.
Namun janji tinggal janji, Jakarta baru hanya mimpi. Gara-gara Jokowi menerima tugas dari partainya, yaitu menjadi capres demi mendongkrak suara PDIP di pemilu nanti. Memang, bagi Megawati, Jokowi hanyalah “petugas partai” sekalipun ia sudah menjadi Gubernur DKI. Begitu yang tertulis dalam surat mandatnya.
Pengingkaran janji ini diperparah dengan gaya ngeles, "kan kalau jadi presiden masih bisa memperbaiki DKI." Memang, tapi konteks janji yang diucapkan saat itu adalah untuk menyelesaikan jabatan Gubernur selama lima tahun dan tidak tergiur tawaran jabatan lain. Tapi memang banyak sekal jalan ngeles untuk ingkar janji.
Cuma itu saja? Tidak, kasus ingkar janji lainnya masih ada. Satu sample sajalah, dan ini lagi-lagi berkiatan dengan Megawati. Pada 30 Juli 1999, sesaat setelah partainya memenangkan pemilu, Megawati berpidato dengan iringan tetes air mata. "Untuk rakyat Aceh, percayalah, Cut Nyak tak akan membiarkan setetes pun darah tumpah di Tanah Rencong."
Tapi tetes air mata yang membasahi pipi itu bukanlah perlambang ketulusan janji, karena kenyataannya pada medio Mei 2003 Megawati justru mengirim 40.000 pasukan ke Aceh melanjutkan program orde baru yang menjadikan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM).
Ah... politik....