Mohon tunggu...
HARYANTI
HARYANTI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Muda Indonesia, mari berkarya !!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lunturnya Nilai-Nilai Kesantunan Berbahasa Indonesia

10 Desember 2022   22:00 Diperbarui: 10 Desember 2022   22:08 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bahasa adalah identitas dan jati diri bangsa. Karena itu, sudah sepatutnya kita menggunakan, menjaga, melestarikan, dan mengembangkan bahasa Indonesia. Hal itu pula yang dilakukan oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan pondasi dalam berkomunikasi yang efektik. Penggunaan Bahasa Indonesia sering kali dianggap remeh oleh kalangan masyarakat, karena menurutnya penggunaan Bahasa Indonesia dipakai sejak anak lahir (bahasa ibu) sampai anak tumbuh dewasa. Penggunaan bahasa di lingkungan masyarakat dianggap cukup untuk mendapatkan pengetahuan berbahasa Indonesia dengan baik, tetapi kenyataanya hal tersebut berbanding terbalik dengan realita yang ada. Di mana  penggunaan bahasa di era milenial cenderung terpengaruh oleh masuknya bahasa-bahasa asing dan mengikis bahasa baku dalam komunikasi sehari-hari.

Hal menonjol yang membedakan penggunaan bahasa pada zaman sekarang ialah dari segi SDM (Sumber Daya Manusia) nya.  Mulai usia anak-anak sampai dewasa dalam segi permainan, tingkah laku, bahkan berbahasapun akan mudah mendapatkan pengaruh dari berbagai sumber dari yang mereka lihat, dengar, dan berbagai sumber lainnya seperti internet. Perolehan bahasa secara akulturasi cenderung akan mempengaruhi penggunaan Bahasa Indonesia baku dalam komunikasi sehari-hari. Semakin mudahnya akses media internet seperti sosial media dan beberapa aplikasi lainnya yang dilihat, justru terkadang seseorang hanya mengedepankan eksistensi dalam berbahasa dan tidak meyaring informasi dari yang mereka baca, dengar, ataupun yang mereka lihat, sehingga hal tersebut yang mengakibatkan informasi yang diterima tidak sesuai dengan realita yang ada atau berita hoax. Sedangkan hal lainnya yang membedakan penggunaan bahasa pada orang-orang zaman dulu yaitu sangat mengedepankan bagaimana berbahasa yang baik dan sesuai dengan penggunaan bahasa yang di resmikan di negaranya, karena orang zaman dahulu tidak terpengaruh oleh masukkan bahasa asing dalam berkomunikasi sehari-hari.

Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai alat komunikasi manusia untuk menyampaikan maksud dan tujuannya. Bahasa merupakan cerminan kepribadian seseorang. Bahkan, bahasa merupakan cermin kepribadian bangsa di mana melalui bahasa yang digunakan seseorang atau suatu bangsa dapat diketahui kepribadiannya. Kepribadian baik berkaitan erat dengan kesantunan berbahasa. Bahasa yang santun perlu dibiasakan dan dilatih sejak dini agar tercermin dalam kepribadian   penggunanya. Kesantunan berbahasa dalam pemakain aktivitas yaitu pilihan kata (diksi) dan  cara           menyampaikan  bahahasa dan gaya bahasa dalam penyampain komunikasi. Kesanggupan seseorang dalam memilih kata merupakan salah satu penentu santun tidaknya bahasa yang digunakan. Pilihan  kata yang dimaksud adalah ketepatan pemakaian kata untuk mengungkapkan makna dan maksud  dalam situasi tertentu sehingga menimbulkan efek tertentu kepada orang yang diajak berkomunikasi.

Hal-hal yang mempengaruhi kesantunan berbahasa dan beretika pada anak-anak zaman sekarang diantaranya ialah lunturnya sikap rendah hati, hilangnya sikap empati seseorang, mementingkan diri sendiri/egois, dan terpengarung budaya asing.  Sifat rendah hati merupakan sifat dasar manusia yang muncul dari lubuk hati seseorang untuk mengekspresikan isi hati nya dengan apa adanya, dengan sikap  santun tanpa ada melebih-lebihkan, untuk membuat orang lain tersinggung ataupun terluka . Dengan sikap rendah hati seseorang yang tidak ditanamkan sejak dini akan menimbulkan dampak hilangnya nilai kesantunan dalam berkomunikasi dan bertingkah laku terhadap orang lain.

Sikap empati yang kian memudar di kalangan remaja masa kini, yaitu sikap yang tidak bisa memahami perasaan orang lain. Remaja masa kini cenderung lebih enggan untuk membangun hubungan sosial dengan masyarakat sekitar, mereka lebih sering sibuk dengan dunianya bahkan lebih intens untuk bersosial di dunia maya. Hal tersebut yang menimbulkan rendahnya nilai kepedulian terhadap orang lain atau orang di sekitarnya. Dari sikap tersebut perlunya pembimbingan untuk generasi muda bahawa pentingnya sikap kepedulian terhadap orang lain terutama orang-orang sekitar yang membutuhkan. Selain itu, hal negatif yang sering muncul dalam lunturnya nilai kesantunan berbahasa antara lain sikap egois atau sering mementingkan diri sendiri yang menjadikan sifat seseorang angkuh dan tidak menghiraukan rekan bicara dalam berkomunikasi khususnya untuk komunikasi yang efektif.

Hal-hal yang mempengaruhi kesantunan berbahasa dan beretika yang terakhir dan berdampak buruk bagi generasi milenial adalah terpengaruhnya budaya asing. Budaya asing yang mempengaruhi generasi milenial diantaranya penggunaan bahasa yang bercampur dengan kosa kata asing yang sering digunakan oleh remaja masa kini yang disebut dengan bahasa gaul. Bahasa gaul muncul dari pengaruh bahasa-bahasa asing yang diterima  dari berbagai media seperti media sosial, karena penggunaan media sosial para remaja milenial sangat pesat maka pengaruh penggunaan bahasa asing sangat berpengaruh dalam lunturnya nilai-nilai kesantunan berbahasa. Dengan demikian selayaknya para remaja milenial harus dapat membedakan bahasa yang santun untuk digunakan dalam komunikasi sehari-hari dan dalam komunikasi di forum formal.

Dapat kita simpulkan bahwa generasi muda merupakan generasi masa kini dan masa yang akan datang untuk menumbuhkan potensi besar bagi kemajuan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai kesantunan berbahasa dan beretika dimulai dari orang tua dan lingkungan keluarga. Peran orang tua sangat penting dalam proses tumbuh kembang seseorang untuk menjadi generasi yang berbudi pekerti luhur. Selain itu, perlunya kerja sama antara lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah untuk menanamkan nilai-nilai etika, moral, dan akhlak. Mendidik, membimbing, dan memberikan teladan untuk generasi muda di mulai sejak usia dini dengan memberikan pengertian perbuatan baik dan buruk serta menanakan nilai-nilai agama dan tata krama sehingga ketika anak mulai dewasa akan menjadi pribadi yang beretika dan berbudi pekerti yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun