Mohon tunggu...
Rena Siva
Rena Siva Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

https://www.wattpad.com/user/Rena_Siva Instagram : rena_siva08 Salam kenal. Terima kasih sudah mampir ke blog saya. Hanya satu pesan jangan menyalin karya saya tanpa izin ya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Yuk, Jelajahi Pantai Menganti dan Bukit Hud di Kebumen dengan Geliga Krim

29 Desember 2017   13:57 Diperbarui: 29 Desember 2017   14:02 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinggir Pantai Menganti (Arsip milik pribadi)

Setiap orang memiliki gaya dan passion tersendiri agar terbebas dari rasa jenuh setelah beraktivitas. Apalagi jika aktivitas itu bersifat monoton. Kebayangkan bagaimana rasanya? Terutama untuk kita yang bekerja di kantor. Kerjaan yang menumpuk dengan tekanan kerja yang banyak menguras pikiran membuat kita serasa terjebak dalam rutinitas yang itu-itu saja. Kita butuh refreshing-kan untuk membebaskan diri dari rasa bosan itu?

Caraku untuk melepas kejenuhan adalah dengan travelling ke daerah-daerah yang belum pernah aku kunjungi. Seperti pertengahan bulan Desember ini aku dan temanku baru saja mengunjungi dua tempat wisata yang hits di Kebumen. Pantai Menganti yang berlokasi di Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah dan Bukit Hud atau lebih dikenal Bukit Uhud di desa Karang Bolong, Kecamatan Buayan.

Karena lokasi yang tak biasa temanku menyarankan untuk menggunakan motor. Akhirnya aku setuju dengan pendapatnya. Ya walaupun harus siap-siap terkena pegal berat pada akhirnya.

Ditengah perjalanan aku mampir ke apotek terdekat untuk membeli "Geliga Krim".

Temanku mengerutkan kening, "udah pegel Jeng? Kita belum ada seperempat perjalanan loh?"

Aku tertawa ngakak, "belum sih, buat jaga-jaga. Makanya aku beli Geliga Krim. Penting nih!"

Dia ikut tertawa, "boleh juga tuh idemu."

Kami pun melanjutkan perjalanan melalui jalur Selatan atau disebut juga jalur Daendels. Jalur ini adalah jalan alternative yang terkenal sepi dan lenggang hingga jarang terkena macet. Itulah mengapa kami memilih jalur ini agar lebih efisien waktu.

Butuh waktu sekitar empat jam untuk sampai ke tujuan pertama kami yaitu di Pantai Menganti melalui jalur Selatan dari kota Yogyakarta. Pesona hijau perbukitan dan birunya air laut benar-benar membius mata kami. Dengan semangat kami mendaki dan mengelilingi perbukitan di pantai ini setelah memarkirkan motor.

Baru sampai di dekat menara mercusuar saja, aku sudah terkagum-kagum dengan pemandangan deretan gubuk yang berjajar rapi di tepi bukit dengan deburan ombak ganas yang menyapu tebing. Sungguh pemandangan yang menawan. Pantas saja pantai ini di juluki Hawai-nya Indonesia. Aku pun setuju dengan julukan itu.  

Bukit Pantai Menganti dengan Gubuk (Arsip milik Pribadi)
Bukit Pantai Menganti dengan Gubuk (Arsip milik Pribadi)
Saat aku berjalan ke area Tanjung Karangbata yang berada di sisi bukit yang lain, rasa pegal di betis dan punggung mulai menganggu. Hatiku langsung lega saat ingat jika ada "Geliga Krim" di dalam tas. Ku keluarkan krim dari dalam wadah. Bau khas dua bahan utama yaitu menthol dan methyl salicylate langsung menyegarkan indra penciumanku. Ku oleskan perlahan ke titik sumber pegal.

Di awal olesan tidak terjadi reaksi apa-apa hanya terasa dingin. Tapi setelah sekitar satu menit, mulai terasa panas kemudian menyebar di permukaan kulit. Semakin lama semakin hangat dan segar. Hah... Nyamannya. Tak terasa rasa pegal di betis dan punggungku mulai reda. Aku pun mulai menghampiri temanku yang sedang duduk di gubuk.

"Jeng! Geliga Krim-nyamasih?" tanyanya.

"Masih, pegel juga?"

"Iya nih, untung kamu beli Geliga Krim. Bagi dong!"

Dia mulai mengoleskan dan memijit bagian bahu dan betisnya dengan pelan. "Wah, rasa pegel di tubuhku udah mendingan. Kamu siap melanjutkan perjalanan ke Bukit Hud?"

"Siaplah, entar kalo pegel kumat, kan tinggal olesin Geliga Krim."

Kami pun mulai melanjutkan perjalanan ke objek wisata selanjutnya. Ternyata jalur menuju Bukit Hud dari Pantai Menganti sangat menantang. Terutama saat menuju puncak bukit. Jalan yang sempit dengan tikungan tajam tanpa ada pagar pelindung membuat aku dan temanku harus ekstra memompa jantung. Di sebelah kanan jalan ada tebing tinggi yang kapan saja bias longsor sedangkan sebelah kiri terlihat jurang yang dalam. Dengan perasaan was-was temanku terpaksa memacu motornya sangat pelan agar selamat sampai tujuan.

Alhamdulillah setelah satu jam kami sampai di lokasi. Sambutan ramah dari pengawai loket tiket dan pedagang di Bukit Hud membuatku tak sabar untuk menjelajahi tempat ini. Aku sempet bingung dengan lokasi ini dikarenakan hanya ada satu spot foto yang terlihat dari parkiran. Setelah mendapatkan informasi dari salah satu pengawai loket. Ternyata kami berdua harus mendaki dua puncak bukit yang saling berdampingan untuk mendapatkan spot yang terbaik yaitu spot Kupu-Kupu dan Samudra Hindia.

Hah, rasanya tidak percaya setelah tenaga cukup terkuras mengelilingi pantai Menganti, kini aku harus menaiki dua bukit lagi. Sayang jika harus menyerah begitu saja, aku pun memutuskan untuk menuju kedua spot tersebut. Karena ada sebuah istilah yang mengatakan 'Moment yang indah itu tidak hanya tercipta dari hasil jepretan foto'. Itulah mengapa aku harus tetap bertekad melanjutkan perjalanan ini agar aku bisa merasakan moment indah di Bukit Hud. 

 Rasa lelah benar-benar terbayar saat kami berada di tepi tebing. Hembusan angin dan kicauan burung yang berterbangan langsung menyambut kami. Pesona yang nyata terlihat di spot Kupu-Kupu adalah pemandangan tegas garis pantai Selatan yang berpadu dengan daratan hijau yang luas.

Spot Kupu-kupu (Arsip Pribadi)
Spot Kupu-kupu (Arsip Pribadi)
Setelah puas mengambil gambar dan menikmati spot ini, kami melanjutkan menaiki bukti di sebelahnya. Ternyata spot Samudra Hindia ini tak kalah menyihir kedua bola mata kami.

Wow. Luar Biasa!

Itulah kalimat yang pertama kali kuucapkan ketika melihat luasnya Samudra Hindia dengan perbedaan warna air laut. Ada yang berwarna hijau kekuningan, biru muda hingga biru pekat. Keragaman warna itu seolah memberikan kesan yang tak bisa terlupakan. Tidak hanya itu ketika ku tolehkan kepala ke kiri, garis pantai Selatan bisa terlihat dari sini dan ketika menengok kepala ke kanan indahnya perbukitan pantai Menganti pun tak kalah mempesona. Aku sangat bersyukur bisa berkunjung ke tempat ini. Rasanya ingin berlama-lama berada di tempat ini.

Spot Samudra Hindia (Arsip Pribadi)
Spot Samudra Hindia (Arsip Pribadi)
Sayang travellingkali ini harus berakhir. Dengan terpaksa aku dan temanku harus pulang ke kota asal kami. Rasa pegal, lelah, dan lesu menjadi PR untukku saat di perjalanan. Karena ingin mengurangi pegal di bahu dan pantat, aku meminta temanku untuk mampir sebentar di masjid di tepi jalan Wates, Kulonprogo untuk sholat dan istirahat.

Kesempatan untuk mengistirahatkan tubuh tidak ku lewatkan. Aku pergi ke toilet dan mengambil "Geliga Krim" dari dalam tas. Kukeluarkan perlahan krim di dalamnya, harum khas "Geliga Krim" lagi-lagi langsung mengodaku untuk segera mengoleskannya di bahu. Hah. Enak! Sentuhan panas "Geliga Krim" menyambar ke titik-titik pegal di tubuhku. Kupijit pelan dan mengusapnya merata. Lega rasanya.

Saat aku kembali dari toilet, temanku memandangku dengan tatapan menyelidiki.

"Kelihatan segeran nih, Jeng."

"Yoi, abis pakai Geliga Krim."

Dengan muka malu-malunya dia mengulurkan tangan kosongnya kepadaku, "Bagi lagi dong!"

"Haist, kebiasaan. Nih!"

"Santai, besok aku beliin. Kayaknya bagus nih besok bawa lagi Geliga Krim kalo travellingbareng."

Aku sangat puas dengan travelling-ku kali ini. Benar-benar membebaskanku dari rasa jenuh dan membuatku semangat untuk beraktivitas lagi di kantor. Terima Kasih "Geliga Krim" yang telah menemani dan membebaskan rasa pegal di tubuhku dan temanku.  

"Geliga Krim" bebaskan pegalku! Bebaskan diriku travellingkemana aja!

Geliga Krim dalam Tas Miniku (Arsip Pribadi)
Geliga Krim dalam Tas Miniku (Arsip Pribadi)
29 Desember 2017

Catatan Dolan Rena Siva

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun