Mohon tunggu...
Haryani Syakieb
Haryani Syakieb Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

KebesaranMu Menganugerahkan JBSI Padaku

21 Desember 2014   17:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:48 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mungkin sejak ada dalam kandungan ibu, aku sudah menginginkan Unesa sebagai jembatan keberhasilanku seutuhnya. Meskipun baru terungkap saat aku duduk di bangku madrasah. Cita-cita itu makin menguat dalam pernyataan, “Jika sudah dewasa nanti, aku ingin jadi guru!” . Ya, sebagai anak kecil yang baru mendapat informasi, pasti akan tertancap jelas dalam ingatannya. Begitu juga denganku, nama Unesa tertancap jelas dalam sanubari.

Masa-masa menuju kedewasaan sedang kujalani. Cita-citaku adalah cita-citamu-mencerdaskan kehidupan bangsa. Hanya satu, sejak dulu. Unesa. Bukan berarti pengetahuanku cuma Unesa! Aku pernah ada dalam masa remaja ababil. Galau memilih jurusan dan sedikit tergoyahkan cita-citanya. Namun, memori kecilku berhasil menarikku kembali. Layaknya magnet!

Tak ada yang tahu pilihan tepatku apa di Unesa, termasuk diriku sendiri. Kabarnya pendidikan yang paling keren adalah PGSD. Peminatnya terbanyak, peluang kerjanya juga besar. Aku bertendensi ke sana, sedikit. Tapi, orang tuaku berat untuk mengiyakan. Meskipun mereka memberikan kebebasan memilih padaku. Akhirnya, aku meminta saran dari BK. Beliau yang berlatar belakang psikologi, seolah menyarankanku ke sana. Memang, aku penasaran dengan ilmu yang mempelajari karakter mahkluk hidup. Tapi sedikit. Tanpa pikir panjang, kutemui teman baikku. Dia adalah orang yang demokratis dan bijaksana.

“Lebih baik ahli dalam satu bidang saja, daripada banyak bidang tanpa keahlian!”, pesannya.

Aku mulai berpikir. Kukorek-korek lagi bakat dan minatku dimana. Kubongkar-bongkar lagi isi memori ini. Hanya satu yang terlintas dalam benak, “Aku suka menulis!”. Apakah benar jika aku memilih jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sedangkan di sana tidak hanya tentang menulis. Pasti ada membaca, mendengar bahkan berbicara. Aku makin bingung dalam kebingunganku.

Berhari-hari berpikir, berikhtiar dan berdoa. Dengan kemantapan hati, tanpa ada keraguan sedikit pun, aku pun teguh mengisikan pilihan pertamaku pada jalur SNMPTN. Tak ada yang tahu pilihanku. Hanya aku, Tuhan dan mereka, teman baikku.

Dia tercengang mendengar pilihanku. Matanya membelalak. Dia Shock. Tapi, disembunyikannya rapat-rapat padaku. Dia hanya berkata datar, “Iya, nggak apa-apa…”

Dia mungkin masih bertanya-tanya akan keputusanku. Yang dia terka tak sama dengan pikiranku. Dia kira setelah aku mendapat paradigmanya, aku akan ke ilmu eksak. Maklumlah, aku pernah suka IPA. Meski sifatnya tak seperti dulu, senyum hangatnya jarang untukku, dan beberapa kata-kata menyabet serta menghantam membonyokkan mata batin. Aku tetap teguh pada pendirian.

Aku tak perduli lagi. Yang kutahu, “Mereka hanya bisa berkata, yang menjalani kehidupanku adalah aku. Bukan mereka, dia atau kamu yang berkata!”

Aku bahagia sekali melihat pengumuman hasil SNMPTN. Tak henti-hentinya air terjun mata ini mengalir deras. Air bening kedua gua pun ikut mengalir keluar dengan tenang. Dan satu pintu koar itu selalu mengagungkan namaNya, “Allahu akbar! Allahu akbar‼ Allah Maha Besar!”[*yan]

4 Oktober 2014

*Cerpen ini sengaja dibuat untuk memenuhi tugas Bimba atau Ospek Jurusan BSI.
Jika beberapa cerpen dipajang di mading jurusan, aku lebih bersyukur lagi, bisa dipajang di kompasiana  dan dibaca oleh banyak orang, terabadikan di sini, berjajar diantara karya-karya hebat se-Indonesia... :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun