Terlahir dengan nama Walidha Tanjung Files, tapi dia lebih senang dipanggil Fileski. Dulu aku tak tahu alasannya kenapa, tapi sekarang aku sudah tahu! Nama Fileski berhubungan kuat dengan biola warna birunya yang didapatkannya ari seorang teman. Mungkin bagi Britney Spheare, ‘apalah arti sebuah nama’-nya. Tapi, bagiku ‘apa filosofi sebuah nama’-mu?!? Yaps! Dialah seorang pencerah karyaku. Layak diacungi jempol sebagai seorang penyair muda yang banyak menginspirasi, utamanya bagi kancah muda.
Aku akan bercerita singkat awal perjumpaanku dengan makhluk pencerah karyaku ini. Awalnya, aku mengenalnya hanya lewat indera pendengaranku. Seorang teman bercerita di sepanjang perjalanan menuju acara launching dan bedah buku. Karena Fileski adalah pengisi acara. Kali pertama aku melihat sosok Fileski sangat biasa. Bagaimana tidak, dia hadir dengan pakaian layaknya pergi main ke rumah teman. Pakaiannya sangat sederhana. Kaos dan celana kain batik yang kelihatan tipis, dan tak lupa dengan selendang panjang seperti sampur yang dijadikannya sebagai ikat kepala. Kali pertama melihatnya dari kejauhan, pikiran hanya berisikan kata ‘owalah’. Tapi, sebenarnya kesederhanaannya membius!
Ternyata! Di balik sederhananya pakaian yang dikenakannya, tersimpan keluarbiasaan yang luar biasa dalam hatinya. Semua penampilan dibawakannya dengan hati. Pasti saja, nyampe tepat ke hati setiap penikmatnya. Ketika beliau membaca puisi bersama gesekan biolanya, yang kurasa adalah sunyi. Semua begitu hening. Lalu, bulu kudukku sedikit merinding mendengarkan gesekan biola yang tak kunjung berhenti, meskipun jari jemarinya hanya memegang sebuah buku. Suasana ruangan yang tadinya biasa saja, seketika dihipnosis olehnya menjadi beraroma mistis bersama gesekan biolanya. Seolah alam ruang itu telah berkompromi sebelumnya dengannya. Lampu-lampu di sana yang tadinya terang sekali jadi remang-remang. Di mana seolah sorot lampu dan ribuan cahaya hanya tertuju padanya. Hanya dia yang bersinar terang di sana. Semua gelap, seolah ruang itu hanya milik dia dan penikmatnya. Seketika itu pula, aku jatuh cinta pada resital biola miliknya. Benar-benar terhipnosis! Menikmati sajian puisi dan resital biolanya di saat yang bersamaan.
Seusai acara, ada sesi ramah tamah. Asyiiiikkk!!!
Di sana kutemui keadaan yang sudah sengaja disetting Gusti Allah. Alhamdulillah... Pas Fileski ada di dekatku! Menyendiri dari keramaian, ku coba menyapanya. Ternyata, dia ramah sekali! Menghentikan aktivitas sok sibuknya untuk memenuhi permintaanku. Aku meminta tanda tangan dan kata-kata (quote) darinya tepat di buku halaman cerpenku.
Fileski jongkok menyesuaikan meja yang tak lebih panjang dari jarak tumit ke lututnya itu. Lama sekali. Sepertinya, dia memilih leksikal yang tepat untuk remaja yang ababil sepertiku. Setelahnya, berinteraksi dengan posisi tubuhnya, mulutnya, dan kedua bola matanya. Sepasang jendela penglihatan itu benar-benar hidup dan nyala bagaikan lampu led yang sinarnya melebihi sinar lilin.
Jujur! Ketika aku membaca deretan kata itu, hatiku tergugah. Kuselami lagi setiap katanya dengan semantik. Kumaknai setiap kata dengan bantuan KBBI offline yang sudah sejak lama bersemayam tenang di laptop. Terutama kata cakrawala. Yang berarti kaki langit; tepi langit; batas pemandangan; horizon.
Aku sadar, aku seolah mengalami koma yang berkepanjangan sejak menduduki bangku SMA kelas XII. Semua terfokus hanya untuk Unas. Waktu hanya teralokasikan untuk belajar, belajar, dan belajar untuk bekal soal-soal UN. Apalagi, posisi UNku yang tepat di depan meja pengawas dengan isi anak sepuluh biji seruangan. Benar-benar mematikan bagiku. Tekanan juga!
Mungkin istilahnya jangan koma kali ya, lebih keren vakum! Aku sendiri yang memutuskan untuk vakum menulis, terutama menulis cerpen. Dan berniat akan keluar dari kevakuman setelah UN sukses kujalani. Tapi, nyatanya merangkak keluar dari kevakuman menulis nggak mudah. Sangat sulit! Selesai UN, libur panjang seolah waktu kugunakan untuk balas dendam karena detik-detik UN. Aku malah lebih senang bersantai, menikmati hidup tanpa tekanan UN. Tak melakukan sesuatu yang berarti.
Dari tulisan dan sinar mata yang tak pernah redup menjadi pencerahan bagiku. Menjadi seorang tenaga pendidik profesional sekaligus menjadi seorang penulis terkenal yang membawa pencerahan bagi umat. Dari sana, aku berangkat. Krenteknya hati ingin menulis lagi disokong oleh jurusan yang kuambil. Semangat dan dorongan Fileski lewat bahasa guratan tangannya membuatku sadar. Bahwa karyaku akan membuka cakrawala. Menembus langit, menguak ketidakberesan, mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya, dan karyaku adalah kaki langit yang tak terlihat namun benar adanya bisa menopang langit agar tak jatuh melukai seluruh makhluk. Aku harus sadar karya!
Aku mengikuiti perkembangan Fileski. Benar-benar mengagumkan! Banyak sekali penghargaan yang diraih Fileski sebelum bahkan sesudah aku mengenalnya. Komitmennya untuk sebuah gerakan literasi yang berbuahkan harapan, cita-cita dan cinta untuk mencipta perdamaian dunia sangat nyata. Dia sudah mendirikan republik negeri kertas dan kecintaannya pada musik membuatnya mendirikan studio musik sendiri dekat Juanda. Tak hanya itu, dia pun memiliki grup band ‘Paperland’ sebagai wujud inovasi baru dalam menggebrak dunia sastra yang mengalami gejala letih, lesu, lemah, dan lunglai. Fileski sekarang sangat akrab dikenal dengan sebutan poet-musiction, penyair lintas negara, dan sangat identik dengan resital biolanya. Dia juga sering mengisi acara semacam workshop.
Penghargaan terbaiknya adalah penghargaan e-Sastera di Malaysia. Sebuah penghargaan tahunan terbesar oleh majalah Malaysia pada tahun 2013. Selain itu, ia sempat memecahkan rekor MURI. Yakni memainkan musik selama 11 jam dengan 11 alat musik dalam mengiringi pembacaan puisi oleh 257 sahabat Lang Fang. Benar-benar prestasi yang luar biasa! Dan sekarang, pada tahun 2015 ini akan bergelut dengan tour dua buku solonya. Adalah kumpulan puisi negeri kertas dan jejak inspirasi Fileski. Yang notabene kelahiran kedua anaknya sekaligus itu akan membawa perdamaian dunia. Rencanya Fileski akan mengandung dua anaknya lagi. Yakni tentang novel kolaborasi dan tunggalnya. Semoga semua lahir sempurna, tanpa operasi cesar. Heheheh...
Awal tahun 2015 yang menggembirakan! Pada sebuah acara aku dipertemukan dengannya lagi. Melebur bersamanya di atas panggung! Amunisi semangat berkaryaku penuh lagi, nih! Aku mendapat lempengan tipis (CD) Paperland original miliknya. Sangat bersyukur lagi. Temanku yang tak kuketahui kedatangannya berhasil menjepretku bersamanya. Ahhhh... terima kasih kawan!
Merupakan pelecut bagiku untuk berkarya jauh lebih baik lagi. Fileski adalah salah satu tokoh yang sudah menduduki ruang inspirasi dalam kehidupanku, yang kebetulan aku bersemangat untuk menuliskannya dalam even ini. Pelajaran yang dapat diambil adalah, “Menulislah!!!” Siapa tahu tulisanmu bisa menjadi pencerahan bagi seseorang atau sekelompok tertentu. Pasti menyenangkan!!!*Salam karya! [*yan/20012015/0:58].
Tulisan ini diikutsertakan pada Lomba Menulis Artikel Blog Periode 1-2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H