Mohon tunggu...
Mugi Artiningsih
Mugi Artiningsih Mohon Tunggu... -

ecriteur wanna be

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menjelajahi 5 Klenteng Tua di Tangerang

1 Februari 2014   06:46 Diperbarui: 4 April 2017   17:51 1976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangerang memang tidak dapat dipisahkan dengan budaya Tionghoa-nya. Kebudayaan yang berasal dari daratan Cina tersebut sudah berkembang di sana sejak berabad-abad lalu. Maka tidak mengherankan jika wilayah Propinsi Banten itu memiliki beberapa klenteng atau wihara tua.

Di pesisir utara Kabupaten Tangerang terdapat Klenteng Tjo Soe Kong. Tempat religius yang juga dikenal dengan nama Klenteng Tanjung Kait itu diperkirakan sudah berusia lebih dari tiga abad. Nama klenteng yang terletak tidak jauh dari Pantai Tanjung Kait itu semakin dikenal luas karena merupakan satu-satunya bangunan yang bertahan dari hempasan tsunami dahsyat saat Gunung Krakatau meletus.

Memasuki Kota Tangerang, Anda bisa menjumpai Wihara Boen San Bio. Klenteng yang kerap disebut Wihara Nimmala ini dibangun tahun 1689 oleh pedagang keturunan Cina bernama Lim Tau Koen. Klenteng di daerah Pasar Baru, Karawaci itu dikenal karena arsitekturnya yang khas dan mewah. Di bagian atap terdapat patung burung hong (phoenix) yang mengapit mutiara. Tempat batang hio di sana tidak seperti hiolo di klenteng lain karena terbuat dari batu pualam.

Masih di Kota Tangerang, tepatnya di Jalan Bhakti, terdapat Wihara Boen Tek Bio. Tidak ada catatan pasti kapan klenteng tersebut dibangun. Tatapi berbagai artefak yang ada di dalamnya menunjukan bahwa tempat ibadah masyarakat Tionghoa tersebut sudah ada sejak beberapa ratus tahun lalu. Klenteng ini memiliki tradisi khusus yaitu Gotong Toapekong. Acara yang diikuti oleh perwakilan klenteng seluruh Indonesia ini berlangsung setiap 12 tahun sekali.

Kota Tangerang juga memiliki Klenteng Sampo Tay Jin yang berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata. Konon klenteng ini sudah ada sejak pelayaran sang laksamana ke tanah air. Klenteng ini terbilang unik karena memuja Sampo Tay Jin atau Ceng Ho. Untuk menghormati Ceng Ho yang merupakan muslim, para pemujanya turut tidak mengkonsumsi daging babi meskipun tidak memeluk agama Islam. Di sini juga terdapat benda pusaka berupa keris yang merupakan peninggalan salah seorang adipati Jawa.

Sedangkan di Kota Tangerang Selatan terdapat Klenteng Beon Hay Bio. Klenteng tertua di Serpong itu diperkirakan sudah berusia tiga ratus tahun. Menurut penuturan pengurus, tempat ibadah umat Budha tersebut dibuat tahun 1694. Selain dikunjungi untuk beribadah, Wihara Boen San Bio juga banyak didatangi oleh orang yang ingin belajar Bahasa Mandarin. Pengurus klenteng memang mengagendakan pelajaran Bahasa Cina sebagai salah satu kegiatan bakti sosial rutin.

Tertarik melihat sendiri klenteng-klenteng tua di Tangerang? Silakan datang langsung ke Tangerang. Dari Jakarta silakan ikuti Jalan Tol Jakarta-Tangerang untuk memulai penjelajahan Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun