Tangerang memang tidak dapat dipisahkan dengan budaya Tionghoa-nya. Kebudayaan yang berasal dari daratan Cina tersebut sudah berkembang di sana sejak berabad-abad lalu. Maka tidak mengherankan jika wilayah Propinsi Banten itu memiliki beberapa klenteng atau wihara tua.
Di pesisir utara Kabupaten Tangerang terdapat Klenteng Tjo Soe Kong. Tempat religius yang juga dikenal dengan nama Klenteng Tanjung Kait itu diperkirakan sudah berusia lebih dari tiga abad. Nama klenteng yang terletak tidak jauh dari Pantai Tanjung Kait itu semakin dikenal luas karena merupakan satu-satunya bangunan yang bertahan dari hempasan tsunami dahsyat saat Gunung Krakatau meletus.
Masih di Kota Tangerang, tepatnya di Jalan Bhakti, terdapat Wihara Boen Tek Bio. Tidak ada catatan pasti kapan klenteng tersebut dibangun. Tatapi berbagai artefak yang ada di dalamnya menunjukan bahwa tempat ibadah masyarakat Tionghoa tersebut sudah ada sejak beberapa ratus tahun lalu. Klenteng ini memiliki tradisi khusus yaitu Gotong Toapekong. Acara yang diikuti oleh perwakilan klenteng seluruh Indonesia ini berlangsung setiap 12 tahun sekali.
Sedangkan di Kota Tangerang Selatan terdapat Klenteng Beon Hay Bio. Klenteng tertua di Serpong itu diperkirakan sudah berusia tiga ratus tahun. Menurut penuturan pengurus, tempat ibadah umat Budha tersebut dibuat tahun 1694. Selain dikunjungi untuk beribadah, Wihara Boen San Bio juga banyak didatangi oleh orang yang ingin belajar Bahasa Mandarin. Pengurus klenteng memang mengagendakan pelajaran Bahasa Cina sebagai salah satu kegiatan bakti sosial rutin.
Tertarik melihat sendiri klenteng-klenteng tua di Tangerang? Silakan datang langsung ke Tangerang. Dari Jakarta silakan ikuti Jalan Tol Jakarta-Tangerang untuk memulai penjelajahan Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H