Mohon tunggu...
yosep harutanto
yosep harutanto Mohon Tunggu... -

saya hanya menyalurkan pendapat saya dalam kompasiana ini

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tingginya Harga BBM Bukan karena Pemimpin namun Karena Krisis Minyak Dunia

12 Maret 2012   16:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:09 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

kenaikan bbm bukanlah menjadi ancaman yang membuat kita harus menurunkan pemimpin namun sebenarnya kita harus juga melihat keadaan yang sekarang terjadi di dunia yaitu minyak dunia yang sedang masa krisis dan ingin ditutupnya selat hormus oleh iran. iran yang memiliki ancaman dari israel dan amerika yang membuat iran bisa saja menutup selat hormus yang membuat harga minyak dunia bisa naik.

pemerintah tidak bisa kita salahkan sepenuhnya karena pemerintah telah berusaha mansubsidi bbm dengan mengambil sebagian danannya dari dana pertamax namun yang menjadi masalh adalah pertamax sangat jarang dicari oleh pengguna kendaraan roda dua maupun roda empat karena harga yang sangat tinggi yang membuat orang berpikir kembali tentang hal tersebut. seharusnya orang yang memiliki kendaraan yang baik dan memiliki kendaraan yang mahal sudah menggunakan bbm pertamax sehingga bisa mensubsidi kendaraan yang masih menggunakan bbm sebagai bahan bakar dari kendaraannya.

krisis minyak dunia yang membuat minyak diindonesia dan jangan salahkan pemimpin kita, bukan mereka yang membuat minyak bisa naik dengan sendirinya. minyak dunia yang krisis bukan hanya melanda indonesia namun juga melanda negara yang super power seperti amerika oleh sebab itu jangan salahkan pemimpin kita.

kita bisa membuat rakyat masih merasakan subsidi bbm dengan cara orang kaya mulailah menggunakan pertamax agar bbm tertap dapat disubsidi.jangan gunakan bbm subsidi ya orang-orang kaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun