Mohon tunggu...
Harun Gafur
Harun Gafur Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sosial Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Spirit Mujahid Merah Putih Dari Patani

18 September 2023   20:58 Diperbarui: 18 September 2023   21:21 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Harun Gafur


Kepada jejak mujahid itu diberi gelar Bintang Halmahera _mujahid merah putih_ ia takkan takut dihadang oleh musuh kezaliman, dikala penindasan dan perampasan serta kesewenang-wenangan tak terhentikan di saat itulah sang mujahid tak gentar sekalipun, meski pada akhirnya nyawanya menjadi taruhan.

Dari jejak dan kiprah mujahid itu, kita tentu meringkuh banyak pengalaman dan pelajaran dan makna perjuangan Yang semestinya tertanam dalam lubuk hati kita sebagai generasi muda yang nantinya menjadi spirit perjuangan di negeri para raja-raja. Mujahid itu tampil sebagai panutan masa kini dalam Jalan juang kita dengan membangkitkan semangat dan kesadaran. Negeri ini harus tetap kokoh tak boleh direbut maupun dirampas oleh bangsa asing atau siapapun itu yang tidak mementingkan kepentingan rakyat di negeri para raja-raja.

Penguasa Enam Negeri (Haji Salahuddin) mujahid itu diulas dalam bukunya (Rusli Sarah, 179:2022) menjelaskan Republik harus kokoh tiangnya, tak boleh dikalahkan. Mujahid itu adalah Salahuddin Bin Talabuddin. Lahir sebagai bintang Halmahera pada September 1887 di Gemia, Patani.

Keberanian sang mujahid ketika dulu kala pangeran Nuku diserang VOC Belanda pada 1780 di Tidore, iya membangun pusat konsolidasi awal kekuatan Tidore, gamrange, Papua dan seram di petani sebelum bergerak membuat markas di Seram Timur.

Ketika utusan Sultan Tidore Hamzah Fahrudin atas desakan VOC pada tahun 1704 menghukum dan menangkap para pimpinan Papua karena tuduhan penjarahan, Sangaji petani-lah yang menjadi pelopor perlawanan. Sang Mujahid kala itu iya memobilisasi kekuatan maba untuk memberontak dan memindahkan kesetiaannya kepada Sultan Ternate, Saifudin Kaicili Raja Laut, Muridin Widjojo, (Rusli Saraha, 180:2023).

Sejak kecil ia Salahuddin telah menjadi yatim piatu dan saat itu masih baik seorang anak laki-laki bernama Jamaludin yang tak lain adalah pamannya. Berumur 20 tahun Salahuddin di bawah oleh pamannya hijrah Ke Mekkah. Dengan tujuan naik haji dan bertahan di sana kurang lebih 3 tahun. Di usia belia Salahuddin mengenyam pendidikan keislaman di tempat kelahiran Nabi. Ia beribadah, juga menimba ilmu sekaligus memperteguh keyakinanya dan menyelami nilai ketauhidan. Percaya peradaban yang baik itu akan tumbuh dari sikap menghormati kemanusiaan.
Selanjutnya dari catatan kisah sang mujahid sebagai generasi yang tumbuh dan besar diatas tanah para raja-raja tentu ini menjadi sala-satu pengalaman yang harus dijadikan spirit perjuangan.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun