Mohon tunggu...
harun Ar Rasyid
harun Ar Rasyid Mohon Tunggu... -

Mantan Mahasiswa yang lagi post power sindrome

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat Indonesia: Masyarakat Budaya POP

3 Januari 2010   13:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:39 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini sebenarnya sudah merupakan bagian dari kegelisahan penulis sejak lama, tepatnya semenjak banyak acara-acara musik di televisi swasta kita. Pernah suatu ketika saya mengeluarkan unek-unek tersebut melalui status dalam FB (facebook-pen), banyak teman yang mengomentari dan mengatakan tanda kesetujuannya. Akan tetapi pada akhirnya semua menguap begitu saja.

Entah mengapa beberapa hari belakangan ini, penulis kembali terganggu dengan semua yang penulis lihat di TV, terutama yah tentang apa yang penulis utarakan tadi budaya pop yang sudah sangat mengakar di kalangan anak muda kita (baca:ABG). Sesungguhnya tulisan ini ingin mengganggu hati nurani kita semua dengan apa yang penulis rasakan.

Terinspirasi dari melihat acara semisal Dahsyat,Inbox,Derings, dan acara sejenis lainnya di televisi, pernah tidak kita perhatikan siapa yang menajdi bagian penghibur disana? selain para artis, tentu saja yang kita lihat adalah para penonton dan penikmat musik tersebut. Mayoritas dari para penonton tersebut adalah anak-anak muda dengan usia sekolah. tentu ada yang menjadi pertanyaan di benak saya ketika itu..apakah mereka tidak sekolah???(terlepas dari liburan sekolah sekarang). Bukankah kalau mereka benar anak dengan usia sekolah,hal ini merupakan sesuatu yang ironi bagi bangsa kita???

Kalau begitu, kemana tanggung jawab moral para bos-bos besar Televisi??kemana juga tanggung jawab moral para produser acara tersebut??para pejabat di Komisi Penyiaran??lalu..kemana juga tanggung jawab DEPKOMINFO dan DEPDIKNAS beserta Menteri dan pejabat di dalamnya??

Dalam teori perubahan sosial, ada faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial yakni terdiri atas faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor internal yakni kondisi atau perkembangan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan yang mendorong perubahan sosial. Faktor-faktor ini yang mencakup terutama faktor demografis (kependudukan), faktor adanya penemuan-penemuan baru, serta adanya konflik internal dalam masyarakat. Sedangkan faktor eksternal yakni, kondisi atau perkembangan yang terjadi di luar lingkungan masyarakat yang bersangkutan, tetapi secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Dalam faktor eksternal, yang terpenting di antaranya adalah pengaruh lingkungan alam, pengaruh unsur kebudayaan maupun aktualisasi. Tentu saja dari segi teoritis tersebut, kita bisa saja menganalisa darimana faktor fenomena yang terjadi saat ini.

Budaya POP..mungkin itulah yang sekarang sedang melanda anak-naka muda kita. Mereka mungkin melihat bagaimana kehidupan artis yang tampaknya serba meng-enakan, yang serba instans menjadi orang kaya, yang serba wah dan glamor. Nah, hal inilah semua yang diinformasikan oleh televisi kita melalui tayangan infotainment. nah inilah yang lambat laun mengubah mental dan budaya anak-anak muda dan hal ini juga ikut didorong oleh orang tua mereka yang terpengaruh budaya pop tadi.

Sesungguhnya hal diatas tidak berjalan secara alami begitu saja, ada hal lain yang cukup mempengaruhi itu semua. Kita semua tentu pernah mendengar nama Antonio Gramsci. Filsuf Italia yang menjelaskan teori Hegemoni. Dalam tulisannya Gramsci mengemukakan bahwa penguasa melakukan upaya yang sistemastis dan penguasaan secara terstruktur dengan membuat masyarakat tidak sadar bahwa sesungguhnya mereka telah terkuasai. Sehingga dengan demikian masyarakat lupa dengan nasib dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh penguasa tersebut (baca: Pemerintah). Dalam konteks saat ini, Masyarakat dininabobokan dengan tayangan sinetron yang membuai mereka akan harga-harga yang semakin mencekit. Dengan ini juga masyarakat dijerta dengan alur budaya Pop tadi. sehingga semua cita-cita akhirnya bermuara kepada keinginan menjadi artis. dalam konteks inilah analisa Gramsci tentang Hegemoni bisa kita terpakna pada kondisi saat ini.

Tentu saja harapan kita semua ada hati nurani yang berwenang bergerak dan terusik, karena bagaimanapun anak-anak tadi merupakan penerus bangsa yang akan menjadi baik apabila dilalui dengan sekolah dan pendidikan, bukan melulu ikut menjadi penghibur di televisi dan melupakan pendidikan mereka. maaf, saat tulisan ini sampai di bagian ini dan ketika ide-ide masih banyak menghiasi kepala, anak saya Mazaya terbangun dan menangis...saya harus cepat membuatkan susu dan terus berdoa semoga anak saya tidak ketinggalan arus globalisasi tanpa tergerus oleh zaman itu sendiri. Mungkin akan ada bagian kedua dari tulisan ini..komentarnya ditunggu untuk pencerahan kita semua terutama saya.

Salam:

Harun Ar Rasyid

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun