Mohon tunggu...
harun Ar Rasyid
harun Ar Rasyid Mohon Tunggu... -

Mantan Mahasiswa yang lagi post power sindrome

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Saja; Sebuah Catatan Kecil

16 Maret 2010   04:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:24 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alhamdullilah..akhirnya mimpi itu terwujud juga. Terbangun juga nilai-nilai idealisme itu. Senang rasanya segenap doa dan harapan yang dipanjatkan dan diharapkan pada kami dari masyarakat desa pasir andong Neglasari Kabupaten Bogor. Memang cita-cita semenjak mahasiswa untuk bisa memberdayakan masyarakat dan membumikan apa yang ada dalam ide dan gagasan di kepala dengan nama idealisme itu. Ketika kandang dari Rumah domba terbangun, dan syukur serta doa dipanjatkan dalam acara selamatan beserta orang-orang disana, rasa-rasanya hati ini membuncah ingin berkata, “Akhirnya bisa juga mulai membangun untuk masyarakat!”

CV.Karomah Abadi Farm itu nama badan usaha saya pribadi, dengan rumah domba sebagai ”trademark” daerah peternakan maka saya memulai. Karomah memiliki artian dan harapan yang dirahmati,yang diberkahi dan diberkarti. Dengan ‘Abadi’ mengandung artian pengaharapan akan selalu diberkarti dan dibarokahi oleh Alloh Swt. Itulah sekilas tentang kenapa Karomah Abadi Farm nama badan usaha yang saya rintis. Motto atau tagline dari Karomah Abadi Farm,”Memberdayakan masyarakat dan Membangun Masyarakat yang berbudi daya”. Semoga bisa saya wujudkan dalam perjuangan kedepan.amien

Lebih dari 36 Domba Garut baik untuk penggemukan dan pembibitan yang merupakan modal dalam pemberdayaan masyarakat. Cita-cita saya suatu saat ‘Rumah Domba’ dapat menghidupi setengah dari masyarakat sekitar Pasir Andong tentunya dengan memberdayakan petani disana. Owh sebelumnya saya kadang suka tertawa kecil mendengar ibu saya suka berceloteh “Kalo tau beternak begini, lebih baik dulu ga usah masuk Fisip Unpad, tapi sekalian aja Peternakan IPB atau Kedokteran Hewan!”. Ibu memang lucu, aya sadar sepenuhnya bahwa pilihan saya sedikit aneh dan mengherankan untuk ibu yang masih konvensional dalam memandang sebuah gelar keilmuan. Bahkan mungkin orang kebanyakan juga masih banyak berpikir seperti yang ibu pikirkan, memang saya adalah Sarjana Ilmu Politik dari Universitas Padajajaran, ketika menjadi mahasiswa saya adalah mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi dan terjun dalam beragam aktivitas social. Berkat hal tersebut jugalah pada akhirnya yang membawa saya berpikir membuka peternakan domba. Saya berpikir bahwa ketika kita berbicara tentang ekonomi kerakyatan dengan berlandaskan pemberdayaan masyarakat, maka latar belakang masyarakat kita yang agrikultur perlu menjadi pertimbangan utama. Maka selain bidang pertanian, peternakan salah satu alternative dalam menjalankan ekonomi kerakyatan berbasis pemberdayaan masyarakat tersebut. Selain itu, terlalu banyak lulusan Peternakan dan Pertanian dari sebuah Universitas yang lebih tertarik menjadi karyawan Bank swasta daripada membuka peternakan dan usaha pertanian. Mungkin karena lebih mudah tantangannya.hehee

Bismiilah, itu yang saya ucapkan dalam hati ketika menolak tawaran menjadi wartawan Kompas ketika pembangunan ‘Rumah Domba’ berlangsung. Menjadi seorang wartawan, apalagi sekaliber Kompas tentu menjadi idaman saya sebagai mantan aktivis. Tapi tekad telah dibulatkan dan layar telah terkembang pantang surut ke belakang, maka kata-kata ‘Lanjutkan’ menjadi sesuatu yang halal bagi saya meski dulu sangat saya tidak sukai.hehehehe. Saya yakin Tuhan maha adil dan maha tahu atas segala niatan, dengan niat baik saya yakin ilmu yang saya miliki akan berguna meskipun saya bergerak di bidang peternakan yang jauh dari apa yang saya pelajari di kampus.

Selain membuka peternakan juga, disana saya coba membuka Taman Bacaan untuk anak-anak di desa tersebut. Meski masih dalam taraf persiapan, taman bacaan tersebut nantinya untuk anak-anak menyalurkan minat baca terhadap apapun. Pendidikan,ilmu pengetahuan, novel, buku-buku social dan lainnya, semuanya tidak dipungut biaya alias gratis untuk mereka, hanya tidak boleh hilang dan rusak saja syaratnya.hehehehe. Taman bacaan itu diberi nama “Cahaya Mata”, boleh juga untuk teman-teman yang tertarik menyumbangkan buku apapun untuk mereka. Insya Alloh termanfaatkan dengan baik. Ditunggu..hehehehehe.

Sic Vos Non Vobis, di akhir pidato yang sering saya bacakan dalam berbagai acara kalimat itu selalu terucap. “Kita telah berbuat sesuatu tapi bukan untuk kita, Untuk mereka!”. Saya sadar sepenuhnyasaya belum berbuat sesuatu, hanya berusaha berbagi sedikit saja. Untuk masyarakat, untuk Negara,Agama, impian,cita,dan idealisme yang selalu kita junjung. Tentunya bantuan anda dan teman-teman semua yang jauh lebih berpengalaman saya nantikan. Sedikit oleh-oleh dari rumah domba, foto mereka yang kata orang DPR mereka perjuangkan. Semoga ucapan mereka ditagih nantinya disana kelak.amien. semoga tulisan ini membawa inspirasi bagi kita semua

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun