Mohon tunggu...
Harum Soedah
Harum Soedah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Rindu, dan Yang Merindu

16 Mei 2015   15:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:55 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Merindu, orang banyak tidak akan tau kapan saatnya aku merindu, kapan pula saatnya aku lebih merindu. Rinduku kini ibarat nasi, bahan pokok dari makanan itu memang tidak akan terlepas dari bagiannya. Terkecuali, jika kau mempunyai kekuatan untuk menggantikan nasi itu dengan hal lain semisalnya, roti atau bubur hangat. Begitu juga dengan rinduku, tidak akan mudah terlepas dari bagiannya. Jika benar bisa, mesti menghabiskan banyak energi untuk memusnahkan rinduku. Rindu yang sudah tertancap kuat, menjadi sebuah tonggak air diantara hektar-hektarnya gurun pasir yang mengancam semua nyawa.  Walaupun kau tidak bisa merasakan besarnya rinduku, tetapi percayalah, di hatimu akan selalu ada rindu itu. Atau bahkan sudah berlama-lama rindu itu hinggap disana. Sudah berdebu, banyak pula jaring laba-laba yang menghiasnya. Sudah lama tidak dibersihkan sebab hal yang kau rindukan itu, tidak mengetahui bentuk rupa rindumu itu. Tidak tahu betapa sempurnanya rindumu, rinduku dan tentunya rindunya.
Rindu, memang bukan hal yang sederhana. Tidak pula mudah dimengerti. Rumit. Namun indah. Sungguh, memang rumit. Tetapi benar-beanr indah. Lebih rumit menurutku dari pada saat ujian matematika. Pikiranmu pusing tak terbayang, namun karena hatimu sedang bahagianya, tentu kau akan tetap menjawab pertanyaan itu. Walaupun resikonya kau akan banyak salah. Tetapi, akan tetap ada yang benar. Meski itu satu. Namun, pernahkah terbayang, ketika hati sedang benar-benar merindu, kertas soal itu tiba-tiba saja ada didepanmu, seperti turun dari langit ketujuh, Kesusahan menyilang jawaban. Bahkan sampai-sampai kau tak selera mengerjakannya.
Rindu, memang bukan hal yang sederhana. Bagiku, rindu itu memang tak sesederhana itu. Aku merasakannya, merasakan saat-saat dimana rindu merebak semakin besar. Semakin besar lagi jika kau benar-benar mengurus rindu itu secara baik disana. Hatimu, hatiku dan hatinya.
Rindu, memang bukan hal yang sederhana. Aku hanya ingin kau tau, aku sangat merindu saat kau merinduku. Aku ingin, sesaat aku sedang merindu, kuharap kau juga sama merindu. Sebab dahulu, kita sudah saling mengerti makna sesungguhnya dari merindu itu. Aku merindumu. Pun mu-merinduku.

tulisan ini bisa juga di lihat di blog "www.haroemsoedah.wordpress.com"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun