Tak kuasa memang, sesaat hati sedang dilanda sesak, air mata hendak memaksa keluar, benar-benar saat yang menyakitkan. Jika berkata, kesabaran itu ada batasnya, maka banyak sekali sepasang mulut yang akan mencercah kalimat itu. Memang tak pantas seharusnya kita berkata demikian. Sebab tuhan sudah menyiapkan semuanya, lengkap dan tak ada yang rusak ataupun lecet sedikitpun. Lalu, apakah kau tahu, apa itu air mata? Apa itu rasa sesak? Dan apa itu pula arti mengalah?
Aku memang tak tahu bagaimana meski mengartikan itu semua, tak terkecuali air mata itu. Bahkan, akupun baru dapat secercah arti dari keseluruhan semuanya, air mata, rasa sesak dan tentu pula mengalah. Sedikit sekali, tidak banyak. Namun, dengan sedikit itu, aku mulai merasakan keindahan tersendiri dari setetes air mata yang jatuh dari kelopak matanya nan indah.
Bagaimana pula kesabaran yang tak terbatas – yang awalnya aku sama sekali tak bisa membayangkan hal tersebut. Tak terbatas? bagiku itu mustahil dengan sebuah kesabaran. Aku mencoba berpikir serasional mungkin, sudah, sudah kupikirkan serasional mungkin. Sudah berkali-kali banyaknya aku berpikir rasional. Tetap saja, makna tak terbatas bagiku tidak akan bisa disatukan dengan makna kesabaran. Jelas beda, tak terbatas memiliki artinya sendiri, pun kesabaran juga memiliki artinya tersendiri.
Namun, kini baru kusadar betul, bahwa Tak terbatas ternyata bisa disatukan dengan Kesabaran. Memang bisa. Ternyata mereka memang benar-benar jodoh, saling cocok satu sama lain. Sebab mengapa aku berkata demikian? Karena inilah, aku ingin memberi tahu, rasa sedih, rasa sesak, air mata ternyata adalah arti dari latar belakang mereka. Arti dari latar belakang antara tak terbatas dengan kesabaran. Sebab dengan menangis, mengeluarkan air mata, dengan begitu pula kita dapat mengeluarkan semua apa yang terpendam dalam hati kita masing-masing. Saat tak kuasa menahan rasa sesak, maka air mata itu akan membantu kita menguranginya. Sedikit demi sedikit dan akhirnya kan hilang sesak itu. Itulah, Tak terbatasnya sebuah kesabaran.
Haroem Soedah, 15 Mei 2015
Tulisan ini juga bisa di lihat di blog "www.haroemsoedah.wordpress.com"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H