Mohon tunggu...
Harum Soedah
Harum Soedah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dering Telpon Rumah

19 Mei 2015   07:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:58 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tidak tahu, harus sampai kapan aku menunggu. Menunggu sebuah dering harapan yang bermakna sebuah kebahagiaan. Memang, sebagian besar orang di sekitar kita, banyak sekali bahkan benci sekali dengan hal yang bernama menunggu ini. Tidak jelas juga, terkadang kita kurang berpikir panjang, tak kita sadari sesaat kita sangat benci sekali dengan menunggu, namun saat kita ditunggu seseorang, kita malah mengongkangkan kaki diatas meja. Tanpa kita sadari betul, apa yang sebenarnya ia rasakan? Bisakah kita sedikit bersimpati, sedikit saja, kenapa kita tidak berbaik hati kepada orang yang telah menunggu kita. Padahal, orang itu sudah menaruh harapan penuh pada kita, namun apa yang kita lakukan? Kita malah merapuhkan harapannya tanpa kita tau sedikitpun apa yang ia rasakan.

Sering kali kita berbuat kesalahan, tidak hanya satu ataupun dua, bisa saja lebih dari itu kita banyak berbuat kesalahan. Baik yang berdampak sekalipun yang tidak. Namun, alangkah istimewanya kita sebagai manusia, jika kita perbanyak kebaikan lebih dari kesalahan yang kita perbuat. Bagaimana tuhan akan memerhatikan kita secara spesial, jikalau kita sama saja dengan orang-orang lainnya yang malahan sangat terhina?

Dering telphon yang teramat-amat spesial, kita selalu menantinya, menanti dan menanti kapan dering itu akan berbunyi. Serasa tiap detik jam yang berbunyi, tik,tik,tik lama sekali. Sudah lama kita menunggu, namun saat kita lihat kembali jam dinding ternyata baru satu menit. Menunggu lagi, ternyata baru dua menit. Terus, terus dan terus menunggu ketidakpastian apakah dering itu kan ada, atau tidak. Aku bosan menunggu.

Sungguh menyedihkan jikalau kita menunggu tapi orang yang kita tunggu itu tidak kunjung datang. Namun, lebih menyedihkan lagi jikalau kita menunggu, tapi orang yang kita tunggu malah tidak tahu bahwa kita sedang menunggunya. Menunggu, adalah soal nada dering. Kita tidak akan tahu kapan nada dering itu akan berbunyi. Terkadang, menyedihkan jika tidak akan berbunyi.

tulisan ini juga bisa di lihat di blog "www.haroemsoedah.wordpress.com"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun