Mohon tunggu...
Harumi Puspaharini
Harumi Puspaharini Mohon Tunggu... lainnya -

sahaya manusia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kau Tidak Akan Mendapatkan Pengecualian

15 Mei 2011   09:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:40 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“kau tidak bisa membedakan mana perhatian mana pertanyaan?” aku meraung murka setelah beberapa menit tadi aku menjemputnya di hotel kelas melati.

“jangan marah begitu padaku”

“lalu pada siapa aku harus marah? Pada keadaan? Keadaan seperti ini kau yang menciptakan! Kau pikir sabarku tak berbatas? Aku ini kekasihmu katamu, tapi kau masih saja melacur dengan perempuan dan laki-laki lain! Dan disaat mereka menjatuhkanmu, kau minta pertolonganku!”

“aku bukan pelacur!”

“kau masih membantah? Bahkan kau tidak punya hak untuk membantah, apa kenyataan yang aku temukan tadi kau anggap hanya ada di dalam kepalamu? Apa beda kau dengan pelacur? Kau melacurkan harga dirimu, kasih sayangmu untuk semua orang yang kau anggap menarik!”

Malam ini bukan malam pertama untukku, melihat satu-satunya perempuan yang aku jaga harganya berulah murahan. Aku tidak mengerti apa yang dia cari. Aku tidak paham kenapa bisa dengan cuma-cuma dia memberi kasih dan sayangnya pada orang lain yang dianggapnya menarik. Dengan mudah dia jatuh hati pada kesan pertama, bukankah kesan pertama selalu sementara.

Kuantar dia sampai di kamar kostnya. Dia masih menggenggam tanganku. Telapak tangannya hangat. Telapak tanganku dingin karena murka.

“maaf” dilepaskannya kaitan tangannya dan tanganku.

“sudah saatnya kau belajar dari hasil perbuatanmu”

“jangan tinggalkan aku”

“aku bahkan belum pergi”

Kamomil, bukannya dulu pernah aku berkata dua kali bahwa aku menyayangimu. Aku mau kita mendapat hasil belajar yang serupa. Jika urusan begini saja kau sudah carut-marut menghadapinya, jika urusan menjaga cita-citaku saja terlalu muluk untukmu, kita akan mendapatkan nilai yang berbeda untuk pelajaran yang sama. Mauku kita berlari dari awalan yang sama.

Kamomil, dari dulu sudah kuduga. Alasan sehebat apapun dibalik perbuatanmu, tak akan membenarkan perbuatanmu. Pahamilah, kebenaran tidak pernah memihak, tidak ada pengecualian apalagi hanya pada kecantikan bentukmu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun