jauh sekali aku memandangmu wahai rindu..
resah dan gelisah kuukir sempurna di balik penalaran perdu perdu kelabu..
realita berjalan di balik perkataan..
fiktif memang..
tetapi bagiku ini realita..
rumpun rumpun lemah sedang berkawan denganku..
membatasi gerak langkahku berjalan menyusur derita waktumu..
apa ini yang kunamakan rindu?
apa kamu yang pantas kusebut palsu?
rentetan waktu penuh luka menyambangiku..
aku berpijak sendiri pada sisi gelas yang hampir kosong..
menatap surga apakah masih berpenghuni..
sepintas aku melewati jalan - jalan setapak yang terhampar jauh di seberang lautan..
memang aku tak benar - benar melewatinya..
aku hanya merasa melewatinya..
benar aku hanya merasakannya..
rindu ini tak pernah termiliki..
rindu ini tak pernah memiliki batas batas aksara..
ini hanya selongsong peluru yang siap kulontarkan agar tak mengenai jantungmu..
ini hanya rembulan yang habis tak berkawan..
aku melihat pusaran angin kecil..
berharap itu bisa kuhempaskan jauh ke arah deritaku..
melewati ilalang yang bernyanyi riang ditemani terik sang penerang kehidupan..
aku hanya melewatimu..
aku hanya menyebutmu rindu disaat aku tidak benar benar menemukan jiwamu..
aku merindu dibalik kelemahanku..
karena rindu..
begitu sempurna saat aku melihatmu benar benar hilang..
dari batas penglihatanku..
datang..
sesaat kemudian menghilang..
merentas jalan hidupnya sendiri..
inilah yang kusebut..
rindu..
perasaan yang tak lain adalah ingin bersuka..
namun suka itu pasti semu..
aku selalu dapati dalam bilik renunganku..
inilah rindu..
aku tak bisa meraihmu..
wahai rindu..