Sampah adalah salah satu isu lingkungan yang paling mendesak di seluruh dunia. Dengan pertumbuhan populasi yang pesat dan peningkatan konsumsi, jumlah sampah yang dihasilkan oleh manusia terus meningkat. Kota Surabaya sendiri menghasilkan sampah sekitar 1.600 ton perhari yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Sekitar 60% dari total sampah tersebut merupakan sampah organik seperti sisa makanan dan sayur. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah organik masih sangat diperlukan.
Dengan meningkatnya volume sampah, pemerintah kota terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memilah dan mengurangi sampah yang dihasilkan agar dapat mengurangi beban di TPA dan dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, Pemkot Surabaya juga telah membangun 27 rumah kompos yang tersebar di Surabaya Timur sampai Surabaya Barat. Salah satunya adalah Rumah Kompos Bratang yang terletak di Jl. Ngagel Jaya Sel. L No.26, Baratajaya, Kec. Gubeng, Surabaya, Jawa Timur.
Rumah Kompos Bratang didirikan pada tahun 1996 dan mulai beroperasi sejak tahun 1997. Tujuan didirikannya rumah kompos ini yaitu untuk mengurangi volume sampah yang ada di TPA dan juga agar dapat memproduksi kompos sendiri untuk taman-taman yang ada di Surabaya. Seluruh biaya operasional Rumah Kompos Bratang ini dibiayai oleh pemerintah kota Surabaya, mulai dari tenaga kerja, lahan, mesin, dan lain-lain. Oleh karena itu, kompos yang dihasilkan disini tidak boleh diperjualbelikan.
Bahan-bahan yang masuk ke Rumah Kompos Bratang ini kebanyakan dari hasil perantingan. Pada musim hujan, perantingan lebih masif dilakukan sehingga tempat ini penuh dan harus kerja ekstra untuk mengolahnya.
"Untuk pengolahannya sendiri hanya pemilahan, pencacahan, pembalikan, sama penyiraman. Jadi kita tidak memakai bahan tambahan seperti EM4 dan lain-lain" Ujar Pak Eko selaku pengurus Rumah Kompos Bratang.
Didirikannya rumah kompos di Surabaya memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pengelolaan sampah dan lingkungan. Â Rumah kompos berhasil mengurangi volume sampah yang dibuang dengan mengolah sampah organik menjadi kompos. Hal ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat yang kini lebih terbiasa dengan gaya hidup bersih dan rapi. Selain itu, beberapa rumah kompos telah berhasil menghasilkan listrik sendiri dari pengolahan sampah organik. Kompos yang dihasilkan pun dapat mendukung program penghijauan di kota dan mengurangi biaya pupuk. Masyarakat juga dapat mengambil kompos untuk digunakan di taman-taman atau kebun mereka sehingga meningkatkan kualitas tanah secara alami.
Secara keseluruhan, pendirian rumah kompos di Surabaya telah memberikan dampak yang luas dan positif, mulai dari pengurangan volume sampah hingga peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah. Inisiatif ini tidak hanya berkontribusi pada kebersihan lingkungan tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru melalui produksi energi dan kompos, menjadikan Surabaya sebagai contoh bagi kota-kota lain dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H