Mohon tunggu...
Hartopo PN
Hartopo PN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani Sawit dan Karet

Lahir di Yogyakarta. Tinggal di Bengkulu sejak 2009. Pernah kuliah di Geografi UGM. Mulai 2009 bertani & berkebun sawit & karet. Nikah 1997 & dikaruniai 3 anak laki-laki.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukittinggi yang Elok Mendamaikan Hati

29 Oktober 2014   14:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:19 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Panorama Bukittinggi begitu elok nan menyejukkan hati bagi siapapun yang memandangnya dan menikmatinya, baik dilihat dari tempat-tempat yang terletak di daerah bagian bawah, di daerah pedesaannya, maupun di daerah yang tinggi, seperti di wilayah kotanya. Bukittinggi terletak hampir di antara dua gunung, yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Merapi. Tanahnya begitu subur dan cocok sekali ditanami berbagai macam tanaman sayur mayur sehingga terkenal sebagai salah satu daerah penghasil sayur mayur di Sumatera. Begitu pula dengan iklim minornya yang melimpah dengan bulan-bulan basah. Bila musim kemarau, hampir tiap bulan masih ada hari-hari yang mengandung hujan, apalagi bila musim penghujan, maka hampir tiap hari mengalami hujan sepanjang hari, curah hujannya 1.976 – 4.219 mm/tahun dengan curah hujan 124 hari (sumber data : BMKG), melebihi daerah Wonosobo, Jawa Tengah, yang terkenal sebagai salah satu daerah sentral pengahasil sayur mayur di Pulau Jawa.
 

Topografinya berbukit sampai berpegunungan, sehingga karena berpadu dengan curah hujan yang sangat tinggi, maka daerah Bukittinggi hutannya begitu lebat, apalagi masyarakatnya relatif sangat menjaga dan memelihara keasliannya, sehingga hampir tak ada hutannya yang gundul. Jalan-jalannya banyak sekali yang berliku-liku dan naik-turun, mengingatkan penulis semasa hidup di Jawa, di Yogyakarta, tak jauh berbeda dengan daerah Wonosobo, Jawa Tengah, dan daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Masyarakat Bukittinggi merupakan masyarakat yang cenderung homogen, mayoritas hampir semuanya muslim, dan banyak terdapat pondok pesantren, baik yang bercorak salafi maupun modern, dan hampir setiap jengkal wilayahnya dipenuhi dengan musholla, langgar, surau dan masjid, yang mana apabila datang waktu sholat lima waktu tiba, maka bersaut-sautanlah berkomandangnya adzan yang penuh dengan kesyahduan menyejukkan hati dan pikiran. Bila penulis melewati daerah Bukittinggi setiap 2 bulan sekali selama hampir 4 tahun ini, maka sangat sulit menjumpai muslimah yang tak berjilbab. Memang sungguh begitu indahnya suasana kehidupan di Bukittinggi.

Degup jantung kehidupan perekonomian masyarakat Kota Bukittinggi begitu sibuknya mulai ba’da shubuh sampai sore hari. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian bertani sayur mayur dan berdagang. Kesibukan perdagangan barang-barang basah di Pasar Bawah, disusul perdagangan barang-barang beraneka ragam jenis kain di Pasar Aur Kuning dan Pasar Atas, sungguh menggambarkan begitu kuatnya bekerja dan berdikarinya penduduk Bukittinggi. Menggeliatnya perekonomian masyarakat Bukittinggi memang ditopang oleh perdagangan dari hasil buminya yang melimpah sangat luar biasa.

Bila memperhatikan dan merasakan kesibukan berlalu-lintas di jalan raya, maka masyarakat Bukittinggi sungguh sangat mengherankan dan membuat penulis sering terkesima karena, sering terjadi harus antri disebabkan banyak sekali titik-titik kemacetan, tetapi sangat sulit dijumpai pengendara yang emosi dan marah-marah. Barangkali hati dan pikiran mereka selalu disejukkan oleh hawa dan suhu daerah Bukittinggi yang memang dingin. Mereka seperti sangat memahami dan memaklumi memang harus saling memaafkan dan sabar diri. Betul-betul seperti masyarakat madani.

Kejahatan kriminal di Bukittinggi juga minimal sekali. Jarang terjadi penulis menjumpai adanya percekcokan sekali pun di pusat-pusat keramaian, termasuk di pasar-pasar. Memang kehidupan masyarakat yang sangat mengagumkan dan sangat menarik.

Sedikit memikirkan, merenungkan, menganalisa kehidupan masyarakat Bukittinggi, mengapa Bukittinggi, masyarakatnya mengalami kemakmuran, kesejahteraan dan kedamaian. Barangkali disebabkan masyarakatnya memang mentaati perintah-perintah Tuhannya dan menjauhi larangan-larangan Tuhannya sebagai bentuk kesadaran bersyukur kepada Tuhannya yang telah memberikan banyak-banyak kenikmatan hidup dan berkehidupan.

Barangkali Bukittinggi bisa dijadikan salah satu contoh ‘pilot project’ membangun masyarakat yang madani di NKRI yang kita cintai dan banggakan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun