Panorama Bukittinggi begitu elok nan menyejukkan hati bagi siapapun yang memandangnya dan menikmatinya, baik dilihat dari tempat-tempat yang terletak di daerah bagian bawah, di daerah pedesaannya, maupun di daerah yang tinggi, seperti di wilayah kotanya. Bukittinggi terletak hampir di antara dua gunung, yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Merapi. Tanahnya begitu subur dan cocok sekali ditanami berbagai macam tanaman sayur mayur sehingga terkenal sebagai salah satu daerah penghasil sayur mayur di Sumatera. Begitu pula dengan iklim minornya yang melimpah dengan bulan-bulan basah. Bila musim kemarau, hampir tiap bulan masih ada hari-hari yang mengandung hujan, apalagi bila musim penghujan, maka hampir tiap hari mengalami hujan sepanjang hari, curah hujannya 1.976 – 4.219 mm/tahun dengan curah hujan 124 hari (sumber data : BMKG), melebihi daerah Wonosobo, Jawa Tengah, yang terkenal sebagai salah satu daerah sentral pengahasil sayur mayur di Pulau Jawa.
Â
Topografinya berbukit sampai berpegunungan, sehingga karena berpadu dengan curah hujan yang sangat tinggi, maka daerah Bukittinggi hutannya begitu lebat, apalagi masyarakatnya relatif sangat menjaga dan memelihara keasliannya, sehingga hampir tak ada hutannya yang gundul. Jalan-jalannya banyak sekali yang berliku-liku dan naik-turun, mengingatkan penulis semasa hidup di Jawa, di Yogyakarta, tak jauh berbeda dengan daerah Wonosobo, Jawa Tengah, dan daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Masyarakat Bukittinggi merupakan masyarakat yang cenderung homogen, mayoritas hampir semuanya muslim, dan banyak terdapat pondok pesantren, baik yang bercorak salafi maupun modern, dan hampir setiap jengkal wilayahnya dipenuhi dengan musholla, langgar, surau dan masjid, yang mana apabila datang waktu sholat lima waktu tiba, maka bersaut-sautanlah berkomandangnya adzan yang penuh dengan kesyahduan menyejukkan hati dan pikiran. Bila penulis melewati daerah Bukittinggi setiap 2 bulan sekali selama hampir 4 tahun ini, maka sangat sulit menjumpai muslimah yang tak berjilbab. Memang sungguh begitu indahnya suasana kehidupan di Bukittinggi.
Degup jantung kehidupan perekonomian masyarakat Kota Bukittinggi begitu sibuknya mulai ba’da shubuh sampai sore hari. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian bertani sayur mayur dan berdagang. Kesibukan perdagangan barang-barang basah di Pasar Bawah, disusul perdagangan barang-barang beraneka ragam jenis kain di Pasar Aur Kuning dan Pasar Atas, sungguh menggambarkan begitu kuatnya bekerja dan berdikarinya penduduk Bukittinggi. Menggeliatnya perekonomian masyarakat Bukittinggi memang ditopang oleh perdagangan dari hasil buminya yang melimpah sangat luar biasa.
Bila memperhatikan dan merasakan kesibukan berlalu-lintas di jalan raya, maka masyarakat Bukittinggi sungguh sangat mengherankan dan membuat penulis sering terkesima karena, sering terjadi harus antri disebabkan banyak sekali titik-titik kemacetan, tetapi sangat sulit dijumpai pengendara yang emosi dan marah-marah. Barangkali hati dan pikiran mereka selalu disejukkan oleh hawa dan suhu daerah Bukittinggi yang memang dingin. Mereka seperti sangat memahami dan memaklumi memang harus saling memaafkan dan sabar diri. Betul-betul seperti masyarakat madani.
Kejahatan kriminal di Bukittinggi juga minimal sekali. Jarang terjadi penulis menjumpai adanya percekcokan sekali pun di pusat-pusat keramaian, termasuk di pasar-pasar. Memang kehidupan masyarakat yang sangat mengagumkan dan sangat menarik.
Sedikit memikirkan, merenungkan, menganalisa kehidupan masyarakat Bukittinggi, mengapa Bukittinggi, masyarakatnya mengalami kemakmuran, kesejahteraan dan kedamaian. Barangkali disebabkan masyarakatnya memang mentaati perintah-perintah Tuhannya dan menjauhi larangan-larangan Tuhannya sebagai bentuk kesadaran bersyukur kepada Tuhannya yang telah memberikan banyak-banyak kenikmatan hidup dan berkehidupan.
Barangkali Bukittinggi bisa dijadikan salah satu contoh ‘pilot project’ membangun masyarakat yang madani di NKRI yang kita cintai dan banggakan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H