Mohon tunggu...
Maaf Kena Heker
Maaf Kena Heker Mohon Tunggu... -

......

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asap -asap Rokok yang Nakal

21 September 2012   12:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:03 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rasakan sebatang rokok. Alangkah nikmatnya! Asapnya ibarat seperti madu.Dihisap melalui mulut, masuk ke kerongkongan, melewati paru - paru, dan keluar dari hidung. Entah apa tujuannya, namun sungguh tak mengerti. Tetapi kecanduan, memberikan suasana tenang dan nyaman. Suasan pikiran redam, melepasakan dahaga stres, frustasi, konsentrasi dan yang lainnya. Memantik korek api dan mancis membakar unjung batang rokok. Asap mengepul. Ada yang masuk kedalam tubuh dan terbang mengudara kelangit.

Sejauh ini, si Asap tergolong berbahaya. Analisa medis menyebutkan, Tuberclosis salah satu "pemangsa".Label kotak rokok beri saran. " Merokok dapat menyebabkan kanker, impotensi, " kata tulisan itu menempel disetiap merek bungkus rokok, terdapat variasi harga. Antara Medis dan Dunia usaha, memang sangat berbeda. Kesehatan dan Laba.

Muncul pertanyaan. "Berhentilah merokok, karena itu tidak baik. Anda bisa diserang Tuberclosis"kata seorang Dokter. Jika seorang Dokter mengatakan seperti itu, sudah pasti mencari asal penyakit. Dilihat dari sumber penyakit, apakah mungkin dunia usaha yang memproduksi menebar penyakit itu?

Standarisasi dunia usaha tak lepas dari kelengkapan izin. Menonjolnya, pita cukai. Sudah suatu keharusan. Jika tidak, nuansa illegal (palsu) patut diusut. Legalkan? pita cukai, selain kelengkapan izin yang lainnya meloloskan pemasaran produk rokok. Tersusun di rak pertokoan, warung kopi, hotel, dan warung pinggir jalan memajang ditengah pasar, keramaian, pemukiman warga, pusat perbelanjaan dan lainnya. Tersaji untuk dibeli konsumen. Laba dunia usaha tentu memuaskan.

Apalagi angka pasar menyebar. Harga variasi rokok muncul ditengah pasar. Dari rokok berkelas hingga menengah kebawah. Konsumen tinggal memilih, tergantung kemampuan ekonomi. Yang penting nikmatnya. Tak lain, rasanya seperti yang doyan senduhan kopi hangat. Pasti dicari, meskipun mahal. Nilai selera tak ada harganya. Industri rokok kini menjamur.Tanaman tembakau dikeringkan, diracik agar rasanya pas buat konsumen. Tak heran lagi aroma rokok ada yang menthol dan coklat ( rokok Djarum Black). Persaingan merebut pasar, memikat konsumen agar setia mengunguli suatu produk rokok.

Tak henti – henti memasang stategi jitu. Berbagai tawaran kerjasama. Mulai dari spanduk, baliho merupakan dukungan (sponsor merek rokok) diberbagai festival ajang kreatif musik (misalnya di sekolah), begitu juga ajang diberbagai olah raga, melalui kejuaraan antar sekolah maupun umum. Kemudian institusi pemerintah maupun ditengah masyarakat tak ketinggalan. Penggalangan sponsor, mendekatkan diri bukan berarti menawarkan agar merokok.

Namun, melalui kedekatan itu, produk rokok ikut serta dalam iven – iven yang ada, sambil promosi kemudian menyemarakkan. Sungguh mantap stategi marketing! Misalnya Gudang Garam dan HM Sampoerna. Kedua merek rokok ini bukan asing lagi ditengah masyarakat. Konsumen yang loyal akan produk ini tak tanggung.

Misalnya di Kota Pekanbaru, penikmat kedua merek rokok ini merambah disemua lapisan masyarakat. Dahsyat! Bagaimana dengan merek rokok lain? Tentu memainkan strategi marketing mencari posisi di “hati” konsumen. Persaingan semakin ketat! Ada yang menarik,di Kota Pekanbaru. Hadirnya sosok sekelompok wanita usia muda (sales promotion gilrs), dengan wajah cantik, sedikit seksi memakai rok sempit dan celana panjang sempit menampilkan lekukan tubuh ideal ditambah kulit putih, menawarkan merek rokok kepada konsumen.

Yang ikut ambil bagian dalam strategi marketing. Tawaran kepada konsumen, layaknya seorang raja.Dengan senyuman dibarengi ramah -tamah memancar dari wajah mereka. Warung kopi yang sering menjadi tempat mangkal masyarakat umum, menjadi target. Tujuannya agar dibeli. Pindah dari warung kopi yang satu, ke warung kopi yang lain. Gerakan marketing ini hampir setiap hari terlihat.

Apa kaitan rokok dengan wanita cantik? Tentu mereka menawarkan merek rokok. Keberadaan wanita cantik? Lelaki dan Perempuan merupakan pasangan ideal. Dilihat dari jumlah perokok di warung kopi umumnya lelaki. Paling sedikit wanita sebagai penggemarnya. Bila ada, seorang wanita terkesan malu menunjukkan sikap perokok sangat jarang. Agak sulit ditemukan. Itupun melakukan aksi tersembunyi. Adapun itu, mungkin ditempat yang merupakan komunitas yang berbeda. Atau si Wanita doyan merorok bukan aktif, hanya pelepasan semata. Tak mungkin, sales promotion gilrs menawarkan merek rokok kepada wanita. Yah, bisa hal kebetulan saja ketika warung kopi hadir seorang wanita yang sedang duduk menemani si lelaki. Apalagi warung kopi di Kota Pekangbaru sangat jarang ditemukan Perempuan ngumpul setiap hari minum kopi yang mencapai puluhan orang. Kebanyakan wanita, ditemukan di pusat keramaian seperti pusat perbelanjaan (supermarket) atau pasar tradisional dan modern.

Dan lagi, bisa saja stategi marketing merek rokok, nantinya akan menciptakan sales promotion boys, untuk menawarkan produk khusus kepada para konsumen berjenis kelamin wanita. Dengan wajah ganteng, bodi tinggi, usia muda dan penampilan menarik, memikat para konsumen berjenis kelamin wanita. Realita ini bisa saja tak disangka – sangka terjadi. Mengejar pangsa pasar target utama suatu produk. Tiada henti mencari posisi. Cerita ini tak lari dari kata Dokter tadi. "Berhentilah merokok, karena itu tidak baik. Anda bisa diserang Tuberclosis"kata seorang Dokter. Yang mana sebenarnya aturannya. Analisis media atau dunia usaha. Sama – sama sifatnya membangun.

Yang satu membangun budaya sehat Mens sana in corpore sano, yang satu lagi membangun menurunkan angka pengangguran. Sederhananya, rokok berasal dari tanaman tembakau. Kemudian muncul, produk baru dari daun sirih (rokok herbal). Misalnya, petani tembakau, menanam tembakau, memanen, lalu dijual ke pabrik rokok. Dipabrik, ada puluhan bahkan ratusan pekerja membutuhkan pekerjaan.

Selanjutkan seperti itu. Hingga ke tinggkat pemasaran yang membutuhkan seorang supir, sales marketing, manager, dan lain – lain, diluar dari pemilik dunia usaha. Kalau analisis medis, misinya kedepan agar kelangsungan hidup tetap bertahan. Tampa ada penyakit. Bekerja menghasilkan uang, tetapi memiliki penyakit, memang amatlah merugikan. Biayanya bisa tak terduga. Jika sehat, kehidupan menjadi indah. Larangan ditempat umum bagi perokok sering tertulis. Kenapa dengan merokok, Kok dilarang? Di Jakarta, katanya, ada peraturan larangan tentang merokok yang dikeluarkan peraturan Gubernur propinsi DKI Jakarta, No 75 Tahun 2005 tentang kawasan dilarang merokok.

Kenapa tidak pabriknya saja diprotes, kepalang tanggung melakukan larangan. Kok tempat umumnya saja jadi sasaran. Dimana muaranya sebenarnya? Rokok bisa juga diistilahkan : Kalau ada asap, pasti ada api. Membakar sebatang rokok hasilnya mengeluarkan asap. Rokok berasal dari pabrik. Diciptakan dari ide mulia para pebisnis.

Sebagai penentu kebijakan tentang berdirinya pabrik rokok, diatur oleh kebijakan pemerintah. Artinya, tujuanya kemana, manfaatnya kemana. Apakah saran seorang Dokter itu agar menutup pabrik rokok? Rasanya tidak. Pemerintah saja tidak menutup, apalagi seorang yang menyandang profesi sebagai Dokter. Intinya, inilah Negara kita. Bagi yang merokok dengarlah peringatan Dokter! Bagi yang tidak mendengarkan, tunggulah penyakit. Mungkin itu tujuan seorang Dokter. Ada istilah lagi, ayam Bangkok, berkokok diatas genteng. Tak merokok tak ganteng. Tetap tidak ada kaitannya.

Mau hidup sehat, berhentilah merokok. Mau melarang pabrik rokok, mungkin melakukan kampanye agar se-seorang bisa tidak merokok lagi. Sehingga apapun strategi marketing yang dibuat, dapat “lumpuh”. Siapa lagi yang merokok? Lama – lama pabrik rokok bisa gulung tikar.Aksi ini ada juga baiknya. Menghindari demonstrasi turun kejalan, menghindari anarkis, dan perusakan fasilitas umum yang dapat merugikan pihak – pihak tertentu, yang menolak berdirinya pabrik rokok. Habis waktu, tenaga, pikiran. Mungkin mujarab. Tetapi dengan kesadaran sendiri,otomatis melakukan gerakan yang bermanfaat. Mantap…!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun