Mohon tunggu...
Hartono
Hartono Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - noe

aku pasrahkan diri mohon penyelenggaraan ilahi untuk seluruh usaha dan perjuangan kiranya layak, penulis pemula yang ingin tahu banyak tentang kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Drama Warisan Tahunan "Jeni & Joni" Teater Deli'Arte, Meski Diterpa Hujan Deras Pasca Pementasan

4 Juli 2023   07:40 Diperbarui: 4 Juli 2023   07:42 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertunjukan drama warisan tahunan (Drawata) "Jeni & Joni"oleh teater Deli'Arte pada Minggu, (25/6) malam di gedung Amphiteater Taman Kota 2, Tangerang Selatan, mendapat apresiasi dari penonton meskipun sempat terganggu oleh hujan yang turun cukup deras.

Pentas ini dalam rangka memenuhi tugas akhir semester, mahasiswa semester 6 punya peranan dalam melestarikan Drawata. Kolaborasi sengakatan tersebut mengangkat tema "8 Kolaborasi Reinkarnasi Era Mati", yang digelar selama empat hari berturut-turut sejak Kamis, (22-25/6/2023).

Hujan deras mengguyur tepat sebelum drama dimulai, membuat pemain kalang-kabut. Begitu deras hujan sehingga panggung menampung air.  Backdrop yang disusun menutupi sudut panggung terbuka---yang seandainya hujan tidak turun bakal memperkuat suasana---harus segera disingkirkan dan dikeringkan.

Untunglah, panitia dan segenap pemain, kebanyakan mahasiswa Universitas Pamulang, sigap saling bantu. Mereka membersihkan genangan air di panggung, backdrop segera dibentangkan menjadi atap darurat dari tampias hujan. Tanpa teriakan dan berjalan ringkas dan cepat. Kini, 19.30 WIB, hadirin siap menonton. Pertunjukan pun siap mulai.

Drama Jeni & Joni menceritakan dua orang kakak beradik yang ditinggalkan oleh ibunya akibat masa pandemi. Namun, saya tidak bermaksud untuk mengulas jalan ceritanya, dan sejenisnya.

Yang patut mendapat catatan pada pentas minggu (25/6) malam adalah antusiasme penonton terhadap seni pertunjukan. Dari orang tua para aktor hingga anak-anak berkumpul dan terlihat menikmati pertunjukan. Mungkin karena faktor kedekatan personal, saat ada beberapa orang muncul di panggung, walau adegannya serius, ada hadirin sebagian tertawa, mungkin terkejut dengan perubahan penampilan artis yang dalam keseharian bertolak belakang dengan peran yang ia mainkan malam itu. Hal itu membuat suasana cukup cair.

Apresiasi bosan penonton  baru terlihat saat ada beberapa di mana tata lampu yang cukup lama di matikan, sehingga terjadi kekosongan di panggung. Orang yang mengerti jalan dan alur ceritanya mungkin menganggap hal itu kecelakaan. Di sini para aktor? Mereka mengerti betul, sebab baru kali pertama melakukan pementasan.

Pasca pementasan. Rupanya, selama hujan di sore itu, perias berusaha mengebut perubahan wajah para aktor, dan melarangnya kesana kemari karena takut terkena air hujan. Bak orang tua melarang anaknya. Eh, tapi takut makeup-nya luntur.

Hujan rintik-rintik menjelang pementasan, menyakinkan drama ini akan segera di mulai. Didukung dengan awal pukulan gong, properti yang siap di masukan ke dalam panggung, dan penonton yang antusias, drama ini bisa dianggap sukses. Oleh para aktor serta yang terlibat dalam pertunjukan "Jeni & Joni".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun