Mohon tunggu...
Hartono Raharjo
Hartono Raharjo Mohon Tunggu... lainnya -

Sedang belajar menyelami kehidupan dari waktu ke waktu

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menelantarkan Orang Tua, Tragis namun Masih Sering Terjadi

28 September 2013   10:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:16 2077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1380339651921177591

Menelantarkan Orang Tua, Tragis Namun Masih Sering Terjadi

Sahabat kompasianer, mencintai dan menghormati orang tua, sepertinya adalah hal yang sepele, remeh temeh, tetapi dalam kenyataannya tidak semudah itu dilaksanakan. Banyak orang tua yang hidupnya agak memprihatinkan sementara sang anak hidup berkecukupan. Seperti tidak ada kontak batin antara anak dan orang tua yang pernah mengasuh dan membesarkannya.

Pada saat kita kecil atau muda, sering kita merasakan orang tua kok sangat galak, ini itu nggak boleh. Uang jajan nggak pernah dikasih dan sering-sering kita kena gampar, hanya karena kesalahan yang kita anggap sepele. Masing-masing keluarga tentunya punya pengalaman sendiri-sendiri untuk menggambarkan kasih sayang orang tua pada saat kita masih kecil ataupun pada saat kita menjelang dewasa.

Di luar semua itu, saya percaya bahwa orang tua melakukan semua itu karena cinta kasihnya kepada anaknya. Mereka semua ingin melihat anaknya sukses di kemudian hari. Hanya tata caranya yang berbeda. Ada orang tua yang tidak membangun komunikasi dua arah, dan sebagiannya membangun komunikasi secara apik dengan anak-anaknya.

Apapun yang dilakukan orang tua terhadap anak, maka menjadi kewajiban anak untuk tetap mencintai dan menghormati orang tua, kapanpun itu. Apalagi kalau orang tua menjelang tua, maka menjadi kewajiban utama bagi kita untuk terus melanjutkan cinta dan kasih kita, sebagimana kita saat ini mencintai dan mengasihi istri atau suami dan anak-anak kita.

Anak Sering Menelantarkan Orang Tua

Sahabat kompasianer, mulai dari proses dalam kandungan, melahirkan, mengasuh dari nggak bisa apa-apa sampai kemudian kita pandai berjalan, berlari, berbicara, sekolah dan beraktifitas, semuanya adalah peran besar dari orang tua. Mereka tidak pernah mengeluh atau berteriak karena beban pengasuhan ini. Hanya kasih sayang yang terus ditunjukkan, baik dengan kata-kata, atau hanya dengan kecupan, ataupun usapan tangan. Baik pada saat anak beraktifitas atau pada saat tidur. Kasih sayang dan doa orang tua terus tercurahkan untuk kesehatan, kemajuan, dan masa depan anak.

Mereka terus memberi contoh dengan melakukan hal-hal baik agar anaknya juga melakukan hal-hal yang baik pula. Dari tindakan-tindakan sederhana sampai yang memerlukan tanggung jawab. Orang tua tanpa banyak kata memberi panutan, dan anak diharapkan menirunya.

Pengorbanan orang tua tidak dapat dinilai. Mulai dari waktu, kesempatan, tenaga, harta, semuanya dicurahkan untuk anak, tanpa pernah berpikir berapa banyak mereka telah berkorban. Mereka juga tidak pernah berpikir untuk hitung-hitungan atau meminta ganti rugi kepada anaknya pada saat mereka sudah besar atau sukses. Mereka melaksanakannya semuanya dengan ikhlas, sebagai bentuk tanggung jawab kepada yang telah memberi kehidupan.

Sahabat kompasianer, begitulah pengorbanan orang tua kepada anaknya, darah dagingnya sendiri. Ibarat kalau disuruh memilih, apakah anak yang harus mati atau orang tua? Semua orang tua akan menjawab, biarlah orang tua yang akan mati asal anak diberi kesempatan hidup.

Nah, dengan kondisi seperti itu, maka sudah menjadi kewajiban kita semua untuk mencintai dan menghormati orang tua. Mulai dari kita muda sampai kita tua, sepanjang orang tua kita masih hidup di dunia.

Yang menjadi persoalan, pada saat kita harus berkeluarga, mempunyai istri atau suami, maka sebagian dari kita ada yang mengabaikan atau melupakan tugas kita untuk mencintai dan menghormati orang tua. Entah karena pengaruh istri atau suami, kasih sayang anak kepada orang tua mulai memudar. Sapaan anak kepada orang tua jarang terdengar. Anak mulai jarang muncul dihadapan orang tua. Kata-kata sayang atau perhatian-perhatiankecil kepada orang tua juga mulai jarang dinyatakan. Kondisi di atas menjadi lebih ekstrem pada saat kita memiliki momongan. Karena perhatian kita tercurah kepada anak tersayang, kita bahkan semakin melupakan kasih sayang orang tua yang puluhan tahun telah membelai kita.

Pada beberapa kejadian, entah karena hubungan suami istri yang kurang harmonis, atau salah satu pihak mendominasi pihak yang lain, ada istri atau suami yang benar-benar menafikkan keberadaan salah satu orang tua. Pihak istri terlalu menihilkan mertua atau pihak suami yang tidak menganggap keberadaan mertuanya. Nah, kalau sudah begitu keadaannya, maka kedatangan orang tua di rumah anak akan menjadi duri dalam daging, sehingga membuat orang tua tidak nyaman dan tidak kerasan. Orang tua pun menjadi tercampakkan.

Perhatian Yang Kurang Baik Kepada Orang Tua Akan Dicontoh Anak-Anak

Sahabat kompasianer, perhatian kita yang kurang baik atau kurang menyayangi orang tua, tentunya juga akan menjadi perhatian anak-anak kita. Mereka dari waktu ke waktu akan terus mempelajari dan merekam kelakuan kita terhadap orang tua kita. Rekaman pendidikan selama bertahun-tahun ini suatu saat akan menjadi bumerang pada kehidupan kita pada saat tua nanti.

Kita akan menjadi menderita karena sentuhan kasih sayang yang diharapkan oleh orang tua ternyata tidak diperoleh dari anak atau menantu, bahkan oleh cucu. Mereka sibuk sendiri dengan kehidupannya sehingga tidak ada waktu untuk menyapa orang tua. Menyapa saja tidak dilaksanakan, apalagi untuk menjenguk. Tentu ini suatu keadaan yang sakit menyakitkan.

Agar kita tidak mengalami hal yang menyakitkan, ada baiknya mulai dari sekarang kita kembali melakukan hal-hal yang dapat membuat orang tua bahagiadan selalu tersenyum, diantaranya :

·Setiap minggu atau 2 minggu sekali ada baiknya kita menelpon orang tua, menanyakan keadaan beliau, apakah dalam keadaan sehat atau ada sesuatu yang dirasakan. Orang tua tentunya sangat senang sekali mendapat sapaan dari anak yang pernah disusui, disayang-sayang, dikeloni, dibesarkan dan dididik sehingga menjadi manusia seperti sekarang ini. Banyak fasilitas telepon murah yang dapat kita gunakan sehingga tidak ada lagi kendala jarak dan biaya.

·Apabila ada rezeki lebih ada baiknya kita kirim barang-barang atau makanankhas daerah dimana kita tinggal, sehingga orang tua akan selalu merasa senang dan dekat dengan kita. Melalui sentuhan kasih sayang dalam bentuk makanan yang kita kirimkan, orang tua akan merasa selalu diwongke.

·Setiap ada moment-moment yang dianggap berbahagia bagi orang tua, jangan lupa bagi kita untuk memberikan perhatian, baik dalam bentuk sapaan per telepon atau daatang ke orang tua untuk merayakan. Moment-moment yang membahagiakan itu diantaranya adalah hari ulang tahun, ulang tahun pernikanan, atau hari-hari yang dianggap bersejarah bagi orang tua.

·Apabila jarak memungkinkan dan ada biaya untuk melakukan, sebaiknya kita buat jadwal liburan untuk dapat mengunjungi orang tua. Melalui kunjungan ini kita akan mendidik anak untuk menyayangi orang tua. Bagaimana kita memperlakukan orang tua, menciumi orang tua saat ketemu, membuat orang tua tersenyum, atau sedikit menyenangkan orang tua dengan membuat menu makanan yang sedikit istimewa adalah bentuk-bentuk penghormatan dan kecintaan kita kepada orang tua. Hal-hal yang kita lakukan tersebut akan terekam dalam benak anak, dan pada saatnya nanti, mereka akan memperlakukan kita sebagimana kita memperlakukan orang tua kita saat ini.

·Apabila kita berada dalam satu kota yang sama dengan orang tua, maka intensitas pertemuan dengan orang tua bahkan harus dipersering sehingga silaturahmi anak dengan orang tua terus terjalin dengan baik walau kita sudah berumah tangga atau mandiri. Sentuhan-sentuhan sayang dalam bentuk telepon, sms atau kunjungan tentunya sangat membanggakan orang tua, sehingga orang tua dapat hidup lebih lama, lebih tua.

Sahabat kompasianer, mari kita rajut kembali hubungan silaturahmi antara kita dengan orang tua kita, sehingga anak-anak kita pada saatnya nanti juga akan melakukan hal yang sama kepada kita.

Silaturahmi antara anak dengan orang tua, bukan hal yang luar biasa, itu adalah hal-hal yang biasa saja, namun kadang-kadang kita melupakan. Hubungan kita dengan orang tua menjadi jauh, menjadi aneh, sebagai orang asing. Saya yakin orang tua sangat merindukan kasih sayang dalam bentuk penghormatan dan kecintaan kita kepada beliau.

Sahabat kompasianer, semoga kita termasuk orang yang mampu menghormati dan mencintai orang tua, walaupun kita saat ini sudah berkeluarga, dengan anak-anak dan segudang aktifitas. Salam kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun