Problem Based Learning
Pada saat ini terdapat strategi pembelajaran yang dikenal dengan nama Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning merupakan model kurikulum yang berhubungan dengan masalah yang terdapat pada dunia nyata bagi peserta didik (Kamdi, 2007). Problem Based  Learning  merupakan  sebuah  model  pembelajaran  yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Problem Based Learning (PBL) bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek (Rais, 2010:4). Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pendekatan pendidikan yang efekfif yang berfokus pada kreatifitas berpikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Khususnya ini dilakukan dalam konteks pembelajaran aktif, dialog ilmiah dengan supervisor yang aktif sebagai peneliti (Asan, 2005 dalam Jagantara, Adnyana, dan Widiyanti, 2014).
Problem based learning atau PBL seperti ditulis Jonassen (1997) dalam Jagantara, Adnyana, dan Widiyanti (2014) merupakan pendekatan konstruktif yang memberikan instruksi dengan fokus pada dunia nyata yang kurang terstruktur. da Baron (1998: 271) seperti dikutip Lindawati, Fatmariyanti, dan (Maftukhin, 2013:
43) berpendapat bahwa Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang membenturkan siswa kepada masalah-masalah praktis melalui stimulus dalam belajar. Peranan guru sangat penting dalam memberikan stimulus- stimulus agar siswa dapat melakukan pembelajaran secara mandiri, menemukan pemahamannya sendiri dan mengembangkan kreatifitasnya secara kolaboratif.
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning atau PBL pada dasarnya diawali adanya masalah yang selanjutnya siswa memperdalam pengetahuan mereka dengan tujuan untuk mengetahui cara pemecahan masalah tersebut (Zaduquisti, 2010: 186). Adapun karakteritik dari Problem Based Learning yaitu: (1) Belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa atau mahasiswa, (3) Mengorganisasikan pelajaran pada seputar masalah bukan pada seputar disiplin ilmu, (4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar, (5) Menggunakan kelompok kecil, serta (6) Menuntut pelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk ataupun kinerja.
Secara garis besar, ada beberapa langkah-langkah dalam pembelajaran melalui model Problem Based Learing diantaranya yaitu, (1) Penyajian masalah yang dilakukan oleh guru, (2) Pengarahan guru terhadap pembelajaran, (3) Mengarahkan siswa untuk memperoleh alternative pemecahan masalah, (4) Mendorong siswa untuk mengungkapkan solusi atas masalah berdasarkan analisis yang diperoleh, serta (5) Membuat laporan mengenai hasil pemecahan masalah yang akan dievaluasi bersama. (Mujiyati & Sumiyatun, 2016: 87).
Berbeda dengan model-model tradisional yang mementingkan kecepatan pencapaian target kurikulum yang menghasilkan pembelajaran yang singkat dan pada tataran kulit, Problem Based Learning (PBL) memberikan pengalaman belajar yang detail, rinci, menantang, dan dalam jangka waktu yang lebih panjang dengan target terselesaikannya proyek yang menghasilkan sebuah produk, karya siswa yang memuaskan. Menurut Buck Institute for Education (Samanthis & Sulistyo, 2014: 25), terdapat perbedaan antara pembelajaran tradisional dan project based learning. Berikut ini perbedaan tersebut:
Aspek Pendidikan
Penekanan pembelajaran Tradisonal
Penekanan Problem Based Learning (PBL)
Focus kurikulum
Cakupan isi pengetahuan tentang fakta belajar keterampilan building block dalam isolasi. Mengikuti urutan kurikulum secara ketat
Kedalaman pemahaman pengawasan konsep dan prinsip pengembangan keterempilan pembacaan masalah kompleks mengikuti minat siswa
Lingkup dan urutan
Belajar dari blok ke blok atau unit ke unit
Unit-unit besar terbentuk dari masalah dan isu yang komplek
Peranan guru
Memusat, focus berbasis disiplin, penceramah dan direktur pembelajaran.
Meluas, focus, interdidipliner, penyedia sumber belajar dan pasrtisipasn di dalam kegiatan belajar
Focus pengukuran
Ahli produk skor tes, membandingkan dengan yang lain, reprodukdi informasi teks, ceramah dan presentasi
Untuk kerja standard dan kemajuan dari waktu ke waktu, demonstasi pemahan langsung dan sumber asli, bahan-bahan tercetak, interview, dokumentasi dll.
Bahan pembelajaran
Kegiatan dan lembar latihan dikembangkan guru
Data dan bahan dikembangkan oleh siswa.
Penggunaan teknologi
Pendukung feriferal dijalankan guru yang berguna untuk perluasan presentasi guru
Utama, intergral, diarahkan guru kegunaanya, untuk memperluas resentasi siswa atau oenguatan kemampuan siswa.
Konteks kelas
Siswa bekerja sendiri, siswa berkompetisi satu dengan yang lainnya, dan siswa menerima informasi dari guru
Siswa bekerja dalam kelompok, siswa berkolaboratif, satu dengan yang lainnya.
Peranan siswa
Menjalankan perintah guru, pengingat dan pengulang fakta. Pembelajaran menerima dan menyelesaian tuga-tugas laporan pendek
Melakukan kegiatan belajar yang diarahkan oeh diri sendiri, pengkaji, intergrasi dan penyaji ide. Siswa menentukan tugas mereka sendiri dan bekerja secara independer dalam waktu yang besar
Pemanfaatan Problem Based Learning (PBL) dalam strategi pembelajaran sejarah sendiri bagi peserta didik untuk dapat mempelajari cara menyelidiki permasalahan penting yang dibutuhkan dan menjadi peserta didik yang mandiri. Dimana dalam memiliki beberapa tahapan dalam menjalankan proses pembelajaran ini. Pertama, memberikan suatu orientasi tentang suatu permasalahan bagi peserta didik. Kedua, mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti permasalahan tersebut. Ketiga, membantu investigasi secara mandiri maupun secara kelompok. Keempat, mengembangkan dan mempresentasikan objek yang ditemui. Terakhir, menganalisis dan mengevaluasi proses untuk dapat mengatasi permasalahan yang ada.