Salah satu pandangan Plato bahwa manusia adalah makhluk yang berpolitik, sejalan dengan itu menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk (binatang) politik (zoon poticon), maka dalam mengarungi kehidupan berbangsa dan bernegara kita tidak akan lepas dari "politik".
Pertarungan politik 2019
Secara umum politik adalah persoalan kekuasaan yang dilakukan oleh para politikus melalui partai politik. Pemilu lalu didominasi kompetisi merebut kekuasaan yang masih mengutamakan propaganda politik cenderung "mengkomoditaskan apa saja" termasuk membenturkan antar identitas, ujaran kebencian dan polarisasi kelompok yang ujung-ujungnya rakyat menjadi terbelah. Padahal kedua kubu sama-sama mengatakan "berjuang untuk/demi rakyat". Kepentingan politik jangka 5 tahunan yang dikampanyekan dalam relatif pendek ini, memiliki dampak yang panjang pada lapisan masyarakat bawah.
Pertemuan Mega Prabowo
Pertemuan Prabowo dengan Megawati untuk keduakalinya pasca Pemilu adalah saat Kongres PDIP 8-11 Agustus di Bali telah menunjukkan hakikat politik, yaitu dugaan kembalinya kekompakan "MegaPro 10 tahun lalu", seakan timbul kembali anggapan bahwa dalam sejarah Pemimpin Bangsa Indonesia dilahirkan dari keluarga besar Alm Sukarno dan Alm Suharto. Inikah yang disebut rekonsiliasi ? ataukah "manuver politik" tentu akan beda pendapat antara orang yang mendukung pertemuan itu dan yang merasa "rugi" akan pertemuan tersebut.
Dalam perspektif umum orang akan setuju disebut rekonsiliasi demi bangsa dan negara, dalam perspektif politikus akan menyebut ini manuver, namun dalam perspektif radikal akan menyebut inkonsistensi, yang terakhir bagi perspektif "makelar politik" akan kehilangan "obyek" karena kedua partai besar ini menjalin komunikasi sendiri tanpa perantara. Sebuah ungkapan umum dapat membantu kita merefleksi bahwa dalam politik tidak ada kawan abadi atau musuh abadi tetapi yang ada hanyalah kepentingan abadi
Kedewasaan Politik
Masyarakat Indonesia telah beberapa kali mengikuti perhelatan politik yang tak luput dengan nuansa "money politic" hingga tingkat bawah, namun disisi lain masyarakat kadang juga terpancing komentar-komentar para elite politik yang acapkali membuat hubungan antar warga masyarakat terbelah karena pilihan politik. Setidaknya pendapat sederhana saya ini sekedar mengingatkan, kedepan masih ada perhelatan politik lagi entah Pilkada, Pileg, ataupun Pilpres yang digelar secara rutin. Mari bersama kita mengingat-ingat bahwa proses pemilihan putra-putri terbaik bangsa dalam kancah politik bisa diibaratkan "bermain catur" didalam permainan ada aturan dan jika sudah selesai maka, bidak-bidak catur ditata kembali atau dimasukkan ke dalam kotaknya, jangan lalu kotak/ bidaknya dibuang/ dihancurkan, karena kedepan masih ada "permainan" kembali, dan tidak perlu berkepanjangan konflik yang berkepanjangan. Penulis mengibaratkan papan/kotak catur adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia  (hardware) dengan segenap (software-nya), yaitu : Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. HUT kemerdekaan sebentar lagi kita peringati, namun jangan lupa bahwa Pancasila sebagai unsur utama pilar bangsa harus kita rawat dan menjadi landasan perilaku berbangsa dan bernegara.
      Kedewasaan politik telah dipertontonkan oleh para elite yang telah berhasil bertemu dan bersahabat kembali, semoga kedewasaan politik ini dapat pula memperbaiki pola berfikir masyarakat yang sempat terbelah pada pileg dan pilres kemarin. Meski penulis berfikir, sebenarnya tiddak elok model perpolitikan dengan konflik yang mengkomoditaskan (menjual apa saja sebagai isu politik) seperti kemarin, karena memperbaiki hubungan antara masyaralat lebih sulit daripada merusak/ mengkomoditaskannya. Kedewasaan poltik ini dapat ditularkan kepada masyarakat hingga lapis terbawah melalui pendidikan politik, namun sayangnya anggaran pendidikan politik ini belum tentu semuanya sampai kepada masyarakat (ini menjadi PR tersendiri bagi penegak hukum.
      Penutup
Pertemuan Ibu Megawati dalam hal ini termasuk Pak Jokowi dan Pak Prabowo dapat pula dimaknai secara sempit yaitu: Pergeseran nilai terhadap hasil Pemilu, yaitu lalu siapa yang menang dan siapa yang kalah dilihat dari pilihan masyarakat. Namun dalam perspektif negawaran, penulis berharap bahwa bangsa ini dipimpin oleh pemimpin yang idealnya memiliki kebijaksanaan (filsafat politik), sehingga pertemuan kedua tokoh ini kedepannya menghasilkan nilai seorang pemimpin yang bijaksana.