Mohon tunggu...
harseto agussetiawan
harseto agussetiawan Mohon Tunggu... -

Quiet day dreamer being ex Rock Star to Photographer

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mau Dibawa Kemana Made In Indonesia?

18 Juni 2014   17:18 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:15 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Debat capres kemarin berjalan cukup menarik dikarenakan banyak membahas perekonomian Indonesia.  Dari perekonomian mikro sampai dengan perekonomian makro. Yang menarik bagi saya dari debat capres kemarin adalah mengenai pihak-pihak asing yang ingin melalukan investasi di Indonesia.

Saya tertarik dengan sub tema ini, ditambah dengan jawaban-jawaban dari kedua belah pihak. Tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian kita hampir seluruhnya didominasi oleh produk-produk asing, bahkan beberapa produk lokal pun mengambil bahan baku dari pihak asing atau lebih tepatnya, mengimpor. Bahkan sampai beras pun kita impor.

Dari kedua belah pihak mempunyai opini yang berbeda mengenai investasi asing ini, Prabowo sebagai calon presiden nomor urut 1 mengemukakan bahwa membuka pintu selebar-lebarnya untuk pihak asing yang ingin melakukan investasi di Indonesia dengan tujuan untuk memakmurkan rakyat namun jangan sampai mematikan usaha rakyat dalam negeri seperti yang dilansir pada link berikut http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/06/15/prabowo-investasi-asing-jangan-sampai-matikan-ekonomi-rakyat.

Sedangkan Jokowi mengemukakan bahwa akan sedikit mempersulit pihak asing masuk dengan tujuan mengutamakan investor lokal terlebih dahulu, terlebih lagi menjelang perdagangan bebas tahun 2015 nanti seperti yang dilansir pada link berikut http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2063617/hadapi-pasar-bebas-2015-jokowi-ingin-lindungi-pebisnis-lokal. Jokowi terlihat lebih mengutamakan investor lokal terlebih dahulu diripada investor asing, hal ini mungkin ditujukan agar investor Indonesia tidak kalah dari asing nantinya atau bahkan dapat berbisnis di kancah internasional dan siap melakukan renegosiasi kontrak-kontrak yang dinilai merugikan rakyat dan negara.

Tidak dapat dipungkiri memang investasi asing masih sangat dibutuhkan oleh ekonomi bangsa ini, namun apabila kita terus menerus dikuasai asing, maka investor-investor lokal akan sangat sulit untuk berkembang dan bahkan bisa mati. Oleh sebab itu, menurut pemikiran saya kita harus sedikit-sedikit lepas dari investor asing, investor asing boleh masuk dengan syarat mentransfer “ilmu” mereka kepada kita sehingga kita pun juga dapat melakukan hal yang sama seperti mereka.

Kita tentu saja tidak mau terus menerus mengimpor barang-barang yang kita gunakan sehari-hari, tapi kita juga mesti dapat menghargai produk-produk dalam negeri kita sendiri. Sebenarnya sudah cukup banyak juga produk-produk dalam negeri yang diimpor ke luar negeri yang dengan kata lain kualitas barang tersebut tidak kalah dengan barang-barang produksi asing, namun mental masyarakat kita adalah mental yang konsumtif dan menilai bahwa produk-produk impor jauh lebih baik dari produk dalam negeri.

Seperti halnya jersey sepakbola, kita selalu mencari produk-produk dari luar negeri, seperti buatan Thailand ataupun Vietnam. Tapi teman saya yang berkuliah di Inggris pernah berkata kepada saya pada saat saya menitipkan oleh-oleh sebuah jersey klub Manchester United yang dijual disana, ia mengatakan “ngapain beli barang–barang yang diproduksi di Indonesia di sini? Beli aja langsung disana.” Mendengar perkataan itu saya sempat bingung sampai ia memberikan saya foto jersey yang bertuliskan made in Indonesia.

Dengan demikian, lebih setuju dengan pernyataan dari bapak Jokowi mengenai investor asing yang sedikit dipersulit untuk masuk ke Indonesia, bukannya tidak boleh, tapi sedikit dipersulit, yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah investor lokal agar sumber daya alam Indonesia, dikelola dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia terlebih dahulu.

Mari kita memilih dengan bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun