Oleh: Harsen Roy Tampomuri
Tombatu - Keunikan Danau Bulilin menjadikannya layak dan wajib untuk dikunjungi. Bukanlah tanpa alasan sebab Danau Bulilin merupakan satu-satunya danau di dunia yang berbentuk lima jari (telapak tangan terbuka). Kelilingi dunia pasti bisa membawa kita ‘tuk temukan danau dengan berbagai bentuk yang menarik seperti Danau Schulensmeer di Belgia (berbentuk pistol), Danau Eros di India (berbentuk hati), Danau Peyto di Kanada (menyerupai beruang), dan lainnya. Memang mengundang kekaguman namun ketiga danau ini adalah danau buatan. Berbeda halnya dengan Danau Bulilin yang secara alami memiliki bentuk unik menyerupai lima jari tangan yang terbuka. Tak hanya itu, yang lebih menarik lagi ada sejumlah legenda yang menjadi bagian dari keunikan Danau Bulilin.
Sebelum diceritakan lebih jauh keunikan danau ini ada baiknya anda mengetahui lokasi dan akses menuju objek wisata Danau Bulilin. Danau ini terletak di Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara Provinsi Sulawesi Utara Indonesia. Lebih tepatnya danau ini berada di bagian tengah dari pemukiman masyarakat Desa Kali dan Desa Betelen Satu. Anda bisa menempuh perjalanan kira-kira 2 jam dengan motor atau mobil dari Pusat Kota Manado untuk tiba di pusat Kecamatan Tombatu. Setibanya di Pusat Kecamatan Tombatu, anda bisa langsung menikmati indahnya objek wisata ini dengan berjalan kaki sekitar 10 menit.
Jika anda hanya ingin sekedar melihat pemandangan danau ini dari kejauhan, bisa juga dilihat dari jalan raya atau rumah warga di bagian bukit. Tapi bisa saya pastikan, melihat dari jauh akan membuat anda penasaran untuk mendekati dan berada di atas danau. Menuju Danau Bulilin anda bisa lewati beberapa akses jalan. Dari akses jalan masuk anda akan disuguhi sebuah pasar tradisional, rumah warga, suasana desa yang asri dan ramah serta hal-hal lainnya. Banyak inspirasi yang bisa anda dapatkan ketika jalan bercengkerama dengan kehidupan warga sekitar Danau Bulilin. Bisa anda temukan anak-anak warga yang berlarian, berenang, mendayung perahu, memancing ikan, membantu orang tua bekerja dan hal-hal menarik lainnya.
Beberapa anak terlihat bersemangat memikul alat pancing dan kembali dengan gembira membawa hasil pancingan untuk keluarga di rumah. Berbeda dengan anak-anak lainnya yang menerima suapan atau sajian lauk langsung dari orang tuanya. Ditempat lain juga tak jarang anak-anak nampak mengeluhkan makanan yang disajikan orang tua (refleksi). Anda dapat menikmati ikan segar dengan membelinya di pasar tradisional yang terletak di salah satu akses masuk objek wisata ini. Tak jarang juga pembeli langsung ke ‘Jaring’ (tempat budidaya air tawar di atas danau yang disanggah dengan kayu dan bambu, biasanya disertai dengan rumah di atas danau untuk penjaga).
Untuk para pencinta kuliner jangan lewatkan sajian ikan nila, ikan mas, dan menu-menu khas lainnya. Selain pemandangannya yang indah, makan di rumah makan apung (di atas air) juga memberikan sensasi dan kepuasan tersendiri. Anda bisa menangkap ikan di ‘Jaring’, memilih, dan menimbang ikan secara langsung untuk dimasak oleh para koki. Beberapa rumah makan/restoran terapung juga menyediakan layar TV, mini sound system dan mic untuk pengunjung bisa karaoke dan mendengarkan lagu-lagu pilihan. Dimalam hari kerlap-kerlip lampu dari pusat kuliner di Danau Bulilin menambah keindahan lokasi wisata ini.
Tak kalah menarik juga legenda dari Danau Bulilin yang sering diceritakan secara turun temurun. Beberapa diantaranya yang pernah saya dengar bahwa terdapat lobang/terowongan yang menghubungkan Danau Tondano di Kabupaten Minahasa dengan Danau Bulilin di Kabupaten Minahasa Tenggara. Selain itu dahulu kala masyarakat percaya akan hidupnya seekor ikan ‘sogili’ (Ikan Belut) raksasa dengan ukuran super besar melebihi ukuran pada umumnya. Bahkan sampai saat ini sejumlah masyarakat percaya kalau ikan itu masih ada (saya sendiri belum pernah melihat ikan itu). Bentuk danau juga memiliki legenda, yakni terbentuk dari bekas tangan manusia yang berkelahi pada jaman dahulu kala. Selain itu dipercaya sebagai sisa genangan air dari danau besar yang dikeringkan.
Saat ini bentuk danau masih terlihat menyerupai lima jari (telapak tangan terbuka) namun sudah tidak sejelas tahun 1990-an. Hal ini disebabkan oleh hadirnya pusat kuliner dan pemukiman warga yang agak menjorok kearah danau. Pengunjung belum dikenakan biaya retribusi untuk masuk ke kawasan objek wisata Danau Bulilin. Pengelolaannya saat ini hanya bersifat individu dan lebih terlihat pada pengelolaan rumah makan/restoran. Perhatian pemerintah sudah mulai terlihat dengan di bangunnya jalan lingkar danau, dan WC umum. Sedangkan fasilitas lainnya seperti peta lokasi wisata, pusat informasi, petunjuk arah untuk akses masuk, pemandu wisata, dan penginapan belumlah tersedia.
Walaupun objek wisata ini harus diekplorasi namun jangan sampai diekploitasi. Hal ini penting agar hadirnya kawasan objek wisata baru tidaklah menjadi bumerang bagi masyarakat. Analisis secara komprehensif serta kebijakan pengelolaan yang ramah lingkungan sangat dibutuhkan. Apapun formula kebijakannya diharapkan mengedepankan ‘sustainable tourism development’ (pembangunan pariwisata secara berkelanjutan). Salah satu bentuk pengelolaan yang menarik adalah menjadikan kawasan pinggir danau sebagai desa wisata. Pada dasarnya ada 3 hal penting yang harus dipersiapkan untuk suatu kawasan wisata yakni infrastruktur yang memadai, keterampilan pengelolah/pelaku usaha pariwisata yang telatih, serta promosi yang kreatif dan intensif. (hrt24052016)
Galeri Foto:Â
*Foto, gambar dan tulisan dari Harsen Roy Tampomuri,Â