Mohon tunggu...
Harsel Eginuari
Harsel Eginuari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Respati Yogyakarta

Seorang pejuang komunikasi yang kuliah di prodi ilmu komunikasi, Universitas Respati Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Dilema Para Petani Saat Harga Beras Merosot

9 Agustus 2021   07:53 Diperbarui: 9 Agustus 2021   08:03 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Beras merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok yang umumnya diolah oleh masyarakat di indonesia menjadi sesuap nasi demi memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. 

Di daerah Sumatera Selatan sendiri khuhus nya OKU Timur beras merupakan salah satu komoditas utama selain dari hasil pertanian karetnya, tak heran jika masyarkat disana  mayoritas berprofesi menjadi seorang petani padi dan banyak ditemui hamparan wilayah persawahan yang sangat luas didaerah tersebut.

Bercocok tanam padi gampang-gampang susah namun perlu ketekunan yang tinggi dan perhitungan waktu yang pas dalam mengolahnya, seperti memperhatikan waktu tanam padi untuk menghindari terserangnya padi oleh hama tikus dan juga perlu memperhatikan perhitungan banyaknya air karena  padi jika sawah terlalu banyak menampung  air maka akar akan membusuk dan mati sedangkan sebaliknya jika kekurangan air maka tanaman padi akan mati kekeringan sehingga memerlukan kebutuhan air yang pas agar menghasilkan beras yang berkualitas. 

Hasil pertanian padi merupakan ujung tombak mayoritas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari mereka. Sehingga, naik turun nya harga jual beli beras sangat mempengaruhi masyarakat.

Beberapa bulan yang lalu tepat nya menjelang bulan ramadhan para petani harus menerima kenyataan pahit nya kehidupan dikarenakan harga jual beli beras justru kian terus meorosot. 

Padahal disatu sisi kebutuhan pokok lainnya seperti telur dan  cabai  justru semakin meroket tinggi harga nya . banyak para petani mengeluh dengan kondisi tersebut karena disaat musim tanam tiba harga pupuk sangat  mahal dan susah untuk didapat sedangkan ketika musim panen tiba harga justru tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan, hal tersebut membuat kebanyakan para petani padi merugi. 

Beras dibeli dari tangan para petani sebelum nya dikisaran harga mencapai Rp 8.000-Rp 10.000 per kilogram nya, turun hingga menjadi Rp 6.500-Rp 7.000 per kilogram nya. " menjelang bulan puasa kebutuhan pokok pada naik sedangkan harga beras semakin turun, kami sebagai para petani harus dapat memutar otak agar dapat membayar biaya anak sekolah dan sering juga saya kesusahan dalam membayar hutang, untuk sehari-hari saja sudah ngepres" ujar salah satu petani.

Turunnya harga beras dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti maraknya kabar bahwa pemerintah pusat akan melakukan impor beras secara besar-besaran sedangkan stok beras digudang pemerintah masih menumpuk dan para petani sedang melakukan panen raya seingga tidak ada yang menampung hasil pertanian mereka. hal tersebut membuat banyak masyarakat mengeluh kepada pemerintah daerah setempat  tentang masalah yang tengah mereka alami. 

Keluhan itupun terdengar sampai ketelinga pemerintah daerah. "seharusnya pemerintah dapat menampung hasil pertanian  daerah OKU Timur karena beras kami tak kalah baik dalam segi kualitas dibandingkan dengan beras impor" ujar salah satu dewan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun