[caption id="attachment_93284" align="alignnone" width="300" caption="Nyepi"][/caption]
Seringkali saya menyimak tulisan atau ceramah yang dibawakan oleh para motivator pengembangan diri macam Mario Teguh atau Gede Prama, motivator bisnis macam Tung Desem Waringin atau Rhenald Kasali, kisah sukses orang-orang terkenal, ilmuwan, seniman, olahragawan, pelatih atau tim olah raga, atau siapa saja di berbagai bidang. Saya juga telah membaca banyak buku-buku best seller, yang semuanya menyajikan kisah sukses atau cara menuju sukses melalui cara pemaparan yang berbeda-beda. Namun dari semua kisah mereka, selalu saya dapatkan benang merah yang sama: bahwa suatu tujuan (atau kesuksesan) di bidang apa pun akan selalu didapatkan secara maksimal jika kita mau bekerja keras dan fokus dalam melaksanakannya.
Fokus atau berkonsentrasi penuh, adalah sebuah kata yang menjadi salah satu kunci utama. Pelatih sepakbola Real Madrid Jose Mourinho, saat setiap kali timnya gagal memetik kemenangan, selalu berkomentar: pemain kehilangan konsentrasi beberapa menit saja dan lawan memanfaatkannya untuk menghukum mereka. Contoh lain, seorang yang bakti kepada Tuhan tidak akan bisa mendapatkan ketenangan sempurna tanpa konsentrasi yang baik. Pembalap dan team Formula 1 harus mengerjakan sesuatunya dengan presisi yang sangat tinggi dalam hitungan mikro, yang mustahil diperoleh tanpa adanya konsentrasi. Dan banyak lagi contoh yang berbeda.
Di kehidupan sehari-hari, saat kita bergulat dengan berbagai macam kegiatan atau peristiwa yang menguras energi, sering kali kita menjadi kehilangan konsentrasi. Kehilangan konsentrasi kadang begitu besarnya sehingga pikiran menjadi tidak terarah lagi. Dan apabila dipadukan dengan himpitan kebutuhan atau permasalahan yang semakin meningkat, kadangkala dapat menimbulkan emosi tinggi yang menyebabkan terjadinya benturan antara satu dengan yang lain. Sudah begitu banyak kisah di negeri ini yang menyajikan peristiwa-peristiwa buruk nan memilukan yang membuat kita prihatin.
Sering kali orang mengatasi kejenuhan, kepenatan, atau kehilangan fokus dan konsentrasi mereka dengan melakukan re-fresh atau menyegarkan kembali pikiran. Sembahyang, rekreasi, mendatangi tempat hiburan, dan sejenisnya merupakan cara-cara yang biasa dilakukan untuk menjadikan pikiran segar kembali. Seperti halnya komputer, apabila suatu aplikasi menjadi semakin lambat, seringkali ini bisa diselesaikan hanya dengan menekan tombol F5 atau Refresh.
Tetua Bali nan bijak sejak jaman dahulu sadar, proses penyegaran pikiran manusia harus dilakukan secara rutin untuk menjaga kestabilan alam Bali dan tercapainya keberhasilan di segala relung kehidupan masyarakat. Maka diambillah momen pergantian tahun Saka sebagai hari untuk melaksanakan "refresh besar" setiap tahunnya, yang sekarang kita kenal sebagai Hari Raya Nyepi.
Hebatnya, proses ini dilakukan secara masif oleh seluruh masyarakat Bali dengan sangat disiplin dan sadar diri hingga kini. Bayangkan, di jaman yang begitu modern seperti sekarang, bagaimana bisa dalam satu hari penuh tidak ada kegiatan apa pun di Bali, hampir tidak ada satu pun kendaraan atau manusia yang melintas di jalan jalan, tidak ada listrik yang menyala, tidak ada suara yang berisik. Sesuatu hal menakjubkan yang bahkan diakui oleh dunia sebagai kearifan lokal yang mampu menurunkan emisi karbondioksida secara signifikan.
Hari Raya Nyepi mengusung konsep utama: TIDAK MELAKUKAN APA PUN. Empat hal utama yang harus dijalankan pada hari tersebut adalah tidak menyalakan api atau cahaya (mati geni), tidak melakukan aktifitas atau pekerjaan (mati karya), tidak melakukan perbuatan bersenang-senang (mati lelanguan), dan diam tidak ke mana-mana (mati lelungaan). Jika semuanya itu tidak boleh dilakukan, maka yang ada hanyalah diam, tenang, gelap, hening, dan kosong. Ini adalah refresh yang sesungguhnya. Di hari tersebut pada akhirnya kita bisa memusatkan pikiran secara penuh kepada Sang Pencipta, merenungkan kembali apa yang telah dilakukan dan apa yang harus diperbaiki ke depan, dan mengembalikan konsentrasi serta energi positif ke dalam tubuh kita.
Benar benar Tenang.. Hening.. Merenung.. Nang.. Ning.. Nung.
Mungkin ini sudah lebih dari sekedar refresh. Melainkan restart!! Merestart jiwa.
Bagaikan komputer, jika semua aplikasi sudah stuck, hang, atau utilisasi prosesor dan memori sudah semakin tinggi, jalan satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah restart. Booting ulang, semua normal kembali dengan performa yang ekselen.
Selamat Hari Raya Nyepi, semoga damai, damai, damai...
Harsa Wirottama, Tabanan, 4 Maret 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H