Ketika terjebak oleh ketiadaan, terkadang waktu disia-siakan. Seringkali waktu berlalu tanpa dimanfaatkan dengan baik atau dihabiskan secara tidak produktif.
 Apa yang dinamakan hidup, waktu terus berkurang dan lebih hebatnya kita secara sadar melakukan itu. Hidup adalah perjalanan yang terus bergerak maju, sementara waktu terus berlalu . Yang lebih penting, kita memiliki tanggung jawab sadar untuk mengatur dan memanfaatkan waktu kita sendiri.Â
Apapun yang kita pelajari luangkanlah waktu belajar agama. Mau itu menjadi dokter, mahasiswa, petani, pengusaha, dan lainnya.
Dalam hidup yang terbatas ini, kita harus cerdas memanfaatkan waktu, sambil mengejar tujuan dan aktivitas sehari-hari, penting untuk luangin waktu buat belajar agama, biar bisa bangun pondasi moral dan spritual yang mantap.
Mungkin teman-teman bertanya, kenapa harus bangun pondasi moral dan spritual !
Etika dan nilai-nilai moral yang ditanamkan melalui pendidikan agama  atau belajar ilmu agama Islam dapat memberikan pedoman tentang apa yang benar dan salah, membantu seseorang untuk mengambil keputusan yang bermartabat dan adil. Memiliki pondasi moral dan spiritual yang kokoh membantu membangun karakter yang baik.
Kalau gak ada ilmu, kita bisa aja bergantung pada tebak-tebakan, asumsi, atau pengetahuan yang keliru. Ilmu bikin kita bisa lebih paham dunia dan ngambil keputusan yang berdasarkan fakta. Apalagi jika ada orang yang serba merasa, merasa lebih hebat, merasa sudah paham dengan suatu ilmu padahal dia hanya tau sedikit tentang ilmu itu.
Almarhum BJ Habibie pernah berpesan : "Saya diberikan kenikmatan oleh Allah ilmu dan technology sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama itu lebih bermanfaat untuk umat. Kalau saya disuruh memilih antara keduanya, maka saya akan memilih ilmu agama".
Dari pesan tadi kita bisa melihat seberapa pentingnya ilmu agama. Sudahkah sholat kita benar, atau hanya merasa benar, bukankan sholat adalah tiang agama, sangat disayangkan jika hanya ketidaktahuannya membuat sholatnya tidak sah atau tidak diterima oleh Allah SWT.
Tapi itu kembali lagi ke diri masing-masing mau kiri atau kanan. Karena orang lain mungkin hanya sebagai pendorong atau penunjuk arah, selebihnya keputusan ada di diri kita sendiri masing-masing.