Mohon tunggu...
Invest Papua
Invest Papua Mohon Tunggu... -

Tranformasi Indonesia dengan Integitas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pusing dari April sampai September

1 April 2014   08:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13962928972058584086

Kepala nyut nyut, makin nonton TV makin Pusing. Makin baca koran makin Pusing.

Saking Pusingnya, coba menulis ditengah kepusingan, hasilnya adalah tulisan yang pusing. Ditemani si Pusing, orang bilang inilah dialog imajiner antara pemilik pusing dan pengundang pusing.

Mas Joki, kenapa terlalu cepat promosi sebelum April dilewati ? Padahal sudah ada modal meranah tanah Batavia, setahun sudah berlalu, atmosfir sudah berubah, Ibukota terasa lebih manusiawi, akibat gowesan Jumat pagi. Warga lebih mudah menjamah, tetapi banyak juga sistim belum berubah. Kartu sehat masih butuh evaluasi dan perbaikan implementasi, kalau dimaksimalkan akan banyak menolong rakyat itu pasti. Singgasana September masih terbuai ombak si April.

Mas Bowi, meledak bak elpiji, menuntut penjelasan diatas batu. Sejak jaman Mulwarman hingga para hartawan menghiasi drama 5 tahunan, katanya tidak ada kawan dan lawan abadi, masa iya. Pengalaman dan pemikiran sudah cukup menjadi modal, kini ditentukan oleh si empunya April akan menentukan Nahkoda Kereta September. Apakah para  kuda penarik kereta ini akan melintasi medan merdeka sebelah monas.

Merah belum Merah, tetapi rapot merah sudah terpampang sebagai ranking 1 golongan korupsi, versi pooling yang sedang cari sensasi, entah dibayar atau tidak dibayar, bisa dipercaya atau tidak dipercaya, Media menjadi arena saling sindir dan kadang debat jadi caci maki, akibat carut marut pribadi dan kerjaan tidak beres. Merah mencuri Perhatian

Kuning Si Imut mendadak sontak. Sangat dicintai anak-anak karena lucu, namun sipembawa adalah kaum hawa, yang sedang bertamasya. Sontak, gegap gempita meluap karena Majelis mengabulkan ganti rugi kepada sang rakyat yang mandi lumpur. Diatas penderitaan rakyat, apakah ada sekelompok yang mandi lumpur dosa ? mungkin Kang Iwan bisa menjawabnya. Kuning mencuri Simpatik.

Biru memang biru biru. Jika prestasi telah diraih, kenapa hotel prodeo penuh terisi. Tindak tanduk menjadi gempa bumi di jagad kebijakan. Belum tuntasnya soal migas, asap masih mengepul membuat batuk dan sesak rakyat. Masihkan ekonomi nusantara terjajah oleh raja-raja dunia ? mungkin celoteh kang Rizal itu benar, perlu ada rapat di balai rakyat, undang RT dan RW sekalian seluruh warga. Biru kemarin juga biru, masih berjanji akan perubahan. Biru mencuri pandang.

Putih Kuning Oranye, senandung merdu bak biduan, pasukan kotak kaca menyiarkan, entahlah tergantung komandan saja mau diisi apa itu kaca-kaca setiap saat. Apakah Nurani bisa bersama Ambisi, jika modal tersebar, katanya peduli, masa sih ada harga untuk suara. Mas Ebiet bilang tanyakan kepada rumput yang bergoyang.

Putihnya bukan putih suci. lebih cocok kain hitam ternoda putih. Pendakwa membongkar sang pelopor, kenikmatan sesaat memang benar2 nikmat, tapi tidak akan nyaman untuk di akhirat. Atas nama Akhirat, dan kebenaran, keadilan pun diperkosa, demi kepentingan, itu saja. Putih mencuri hati.

Hijau berirama, rebana dan perkusi, lagu rakyat lagu lama. Cocok menurut diri, memaksa atau terpaksa bertetangga sebelah dengan popularitas namun banyak kembang2 layu berjatuhan. Hijau segar, rupawan tapi rakyat mencari negarawan. Hijau mencuri kesegaran sesaat.

April ini ada hari libur, mau pilih siapa ? terlalu banyak foto di pohon2 pinggir jalan. terlalu banyak senyum munafik di papan-papan itu. mereka tidak mengenal dan dikenal, pura-pura terkenal padahal mau dikenal karena embel-embel. Pilih yang terkenal walaupun tidak kenal, apakah itu demokrasi. masih ada waktu untuk memilih dan memilah, memang memilih adalah hak yang amat berharga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun