Mohon tunggu...
Harry Tjahjono
Harry Tjahjono Mohon Tunggu... lainnya -

penulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ijinkan Saya Membela Setya Novanto

21 November 2015   13:13 Diperbarui: 21 November 2015   13:13 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah meminta penjelasan langsung dari Setya Novanto yang oleh Sudirman Said (SS) dilaporkan sebagai “papa minta saham” Freeport, maka para petinggi partai pendukung Koalisi Merah Putih (KMP) yang berkumpul di rumah Ketum Partai Gerindra Prabowo di Hambalang, Bogor, bersepakat memutuskan untuk tetap mendukung penuh Setya Novanto. Itu sungguh sebuah keputusan yang mencerminkan bahwa KMP merupakan koalisi permanen yang sangat solid, memiliki solidaritas tinggi dan hebat. Artinya, bukan koalisi odong-odong apalagi koalisi ecek-ecek.

Oleh karena itu, meskipun saya bukan kader KMP, dan barangtentu Setya Novanto tidak membutuhkan dukungan saya, ijinkan saya membela Setya Novanto yang dipersangkakan dalam kasus-kasus sbb:

FREEPORT: Laporan SS kepada MKD menyebut ada rekaman suara Setya Novanto minta 20% saham Freeport, 11% di antaranya untuk Presiden Jokowi, dan 9% sisanya untuk Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Menurut saya, rekaman itu membuktikan dengan jelas bahwa Setya Novanto tidak minta saham untuk dirinya sendiri. Itu membuktikan bahwa Setya Novanto adalah tokoh yang suka menolong orang lain—dalam hal ini menolong Jokowi dan JK agar mendapat saham Freeport.

Lalu kenapa kok tiba-tiba Setya Novanto disebut telah mencatut nama Jokowi dan JK untuk kepentingan dirinya sendiri? Bukankah saham yang diminta dari Freeport itu bukan untuk dikantongi Setya Novanto? Kalaupun Setya Novanto dianggap mencatut nama dua orang bernama Jokowi dan JK, apalah artinya dibanding para wakil rakyat, politisi atau pejabat yang selama ini telah mencatut berjuta-juta rakyat Indonesia demi mendapat kekuasaan dan memperkaya diri?

Perlu dicatat bahwa Setya Novanto menanggapi rekaman yang dilaporkan ke MKD itu sebagai, ”Belum tentu suara saya. Bisa saja diedit dengan tujuan menyudutkan saya. Saya merasa dizalimi.” Nah, bukankah itu membuktikan bahwa meskipun senang menolong orang lain, Setya Novanto tidak ingin menonjolkan perbuatannya? Ibarat kata pepatah, kalau tangan kanan memberi pertolongan, tangan kiri jangan sampai tahu.

BANK BALI: Di masa lalu Setya Novanto disebut-sebut ikut andil menagih piutang Bank Bali sebesar Rp900 miliar.

Itu semakin membuktikan bahwa Setya Novanto memang berwatak suka menolong orang lain—dalam hal ini menolong Bank Bali menagihkan piutang yang membuat bank tersebut bangkrut. Lalu kenapa setelah piutang berhasil ditagih, Rudy Ramli, pemilik Bank Bali, malah menggugat Setya Novanto ke pengadilan? Alasan Rudy Ramli karena piutang Rp 900 miliar itu dipotong fee Rp530 miliar. Lho, sudah ditolong kok malah menggugat? Maka, bukannya mengabulkan gugatan, pengadilan justru memenjarakan Rudy Ramli. Syukuriiin….

Kalau ihwal fee menagih dianggap terlalu besar, itu kan soal kesepakatan bisnis. Lagi pula tabiat suka menolong orang lain itu pahalanya memang besar, bukan?

SURAT KE PERTAMINA: Media massa ramai memberitakan adanya surat tertanggal 17 Oktober 2015 dari Setya Novanto kepada Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soejipto. Dalam surat tersebut, Setya menagih pembayaran kepada PT Pertamina terkait biaya penyimpanan bahan bakar Minyak (BBM) yang disimpan oleh PT Orbit Terminal Merak (OTM).
 Setya Novanto menyebut nama mantan Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Hanung Budya yang sudah berjanji membayar tagihan tersebut.


Nah, lagi-lagi itu membuktikan bahwa Setya Novanto adalah politisi senior yang suka menolong orang lain. Selain itu, Setya Novanto juga tak segan mengingatkan orang lain—dalam hal ini Pak Hanung Budya—agar menepati janji. Sebab, ingkar janji itu dosa lho Pak Hanung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun