Lahir pada masa pemerintahan Suharto, aku merasakan kedamaian dari kecil hingga dewasa menjelang umur 30, saat peristiwa "reformasi" terjadi. Bapakku meski hanya lulusan SMP, tapi bisa kerja jadi PNS di KPN (Kantor Perbendaharaan Negara). Meski waktu itu cuma golongan 1B dengan gaji kurang dari 100.000, tapi bisa mencukupi kebutuhan keluarga yg jumlahnya total 8 orang: bapak, ibu dan 7 anak. Saya juga heran dan kagum, hanya dengan uang kurang dari 100.000 bisa membiayai 7 anak, langganan koran dan majalah, bayar listrik, bahkan membeli sepeda motor secara kredit. Pensiun tahun 1987, golongan 2B, dengan gaji terakhir 250.000, hidup keluarga kami boleh dikata makmur dan tidak pernah kekurangan. Sekalipun aku belum pernah yg namanya telat bayar SPP. Pokoknya segala sesuatu terpenuhi sampai aku lulus kuliah.
Dari kecil sampai dewasa, sekalipun belum pernah melihat dan mendengar apa yg dinamakan demo maupun unjuk rasa. Apalagi tawuran dan aksi kekerasan, sekalipun belum pernah mengalaminya. Sampai pada penghujung 1997 terjadilah kerusuhan pertama yg diawali dengan peristiwa 27 Mei, itu membuatku sangat terpukul. Dollar dari 900 menjadi 2.000 dan pada 1998 sempat naik drastis menjadi 12.000. Dibarengi dengan harga kebutuhan pokok lainnya meningkat tajam. Mie instant per dos dari 3.000 menjadi 12.000-20.000. Makan 250 dapat nasi telur, jadi 1.500. TV 14" dari 400.000 jadi 2.000.000. Motor dari 1 jutaan menjadi 6 jutaan. Masih banyak lagi perubahan harga dan PHK massal yg menyengsarakan rakyat.
Sampai sekarang, keadaan terus berlanjut. Rakyat miskin dan pengangguran semakin banyak. Sementara para pejabat, anggota dewan dan aparat negara hidup mewah bergelimangan harta. IRONIS sekali memang. Tapi smua sudah terjadi. Mungkin ini juga sudah jadi takdir Illahi. Kita hanya bisa pasrah menjalaninya dengan sekuat kemampuan kita. Yang pasti, aku merindukan sosok Suharto yg sangat mengayomi kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya, bahkan rela melakukan apapun demi keamanan negara dan kemakmuran rakyatnya. Ku hanya bisa berdoa, semoga pak Harto diampuni dosa dan salahnya, diterima di sisi Allah Swt, amin yaa Raabal'alamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya