Bila hal tersebut terjadi, terpaksa produsen sembako di seluruh Indonesia akan menaikkan harga jualnya. Dan akhirnya, "Siapa punya duit, dia tak kelaparan" lalu inflasi pun tak terkendali. Dalam hal mengendalikan inflasi, ada upaya menjaga kestabilan harga melalui konsistensi pasokan dan permintaan barang. Bagaimana transmisinya?
Para petani Indonesia tentu membutuhkan uang untuk memutar roda penghasilannya. Mereka butuh suntikan modal untuk membeli benih, pupuk, melancarkan pengairan, hingga membeli kendaraan pembawa hasil panen.
Secara mikro, kebutuhan tersebut bisa ditangani bank-bank di Indonesia yang siap menggelontorkan uangnya kepada para petani, yang dikemas dalam bentuk kredit UMKM (usaha mikro kecil dan menengah). Selanjutnya petani tinggal mengembalikan uang bank-bank tersebut, dalam periode tertentu. Apakah setahun, 2,3, 4, atau 5 tahun.
Â
Bawang Merah
Lalu bagaimana upaya secara makro? Ada banyak hal yang dilakukan, salah satunya skema bantuan teknis (bantek). Dari beberapa bantek, klaster bawang merah di Brebes, Jawa Tengah adalah contohnya.
Upaya mikro, umumnya dilakukan di sisi hilir yakni dukungan kredit pasca panen kepada koperasi kelompok tani. Usai melakukan sortir hasil panen, pengolahan, dan kemudian dijual, perbankan barulah memberi suntikan modal kepada koperasi atau asuransi pertanian. Wajar, karena perbankan pun memerlukan kepastian. Skema pembiayaan jarang mengincar di sisi pembibitan, karena risiko gagal pada tahap ini, sangat tinggi.
[caption caption="Petani bawang merah Brebes"]
Bagi para petani, dukungan makro dari sisi hulu, akan sangat membantu mereka di sisi hilir. Hasil-hasil pertanian yang berkualitas akan berdampak pada pendapatan petani, sebagai penopang kelangsungan pembayaran kredit usaha pertanian. Ketua Kelompok Tani Bahagia IV, Brebes, Salim mengatakan, hasil panen kelompoknya menjadi salah satu dari jajaran bawang merah berkualitas di Brebes. Dengan predikat Brebes sebagai "Sentra Bawang Merah" tak ayal Kelompok Tani Bahagia IV menjadi bintang.
Keberhasilan Kelompok Tani Bahagia IV itu kemudian dinilai oleh perbankan sebagai kelompok tani yang layak mendapat sertifikat. Sehingga bila mereka membutuhkan kredit modal perbankan di kemudian hari, pihak bank akan menggelontorkannya tanpa kekhawatiran, karena kelompok tani tersebut telah terbukti dan bersertifikat.
"Kendala kami para petani bawang merah adalah, ketika sedang melimpah produksi, kami sangat banyak menuai untung. Tapi ketika sedang terkendala, produksi tak sesuai harapan, efeknya hingga kami tak bisa membayar cicilan ke bank. Namun dengan bantek, kendala produksi kami tak lagi sampai titik nadir, kami masih bisa membayar cicilan ke bank, meski di saat itu keuntungan untuk kami nyaris tak ada," ungkap Salim.