[caption id="" align="aligncenter" width="700" caption="Maria Sharapova sang Juara Porsche Tennis 2014 sekaligus mencetak hattrick (merebut gelar juara secara tiga kali berturut-turut) / Photo : Getty Image"][/caption]
Mereka sama-sama sering di-ilustrasikan sebagai supermodel yang jago main tennis. Ya, Maria Sharapova (Rusia) dan Ana Ivanovic (Serbia) memang memiliki keindahan ragawi seperti layaknya supermodel : wajah cantik, karakter feminin, tinggi semampai dan langsing. Eksistensi mereka juga semakin mumpuni karena di lapangan tennis mereka bukan pemain yang boleh dianggap sebelah mata. Keduanya sama-sama mantan nomor satu dunia dan juga sudah memiliki koleksi gelar juara Grand Slam, sebuah gelar juara paling prestisius yang tidak semua pemain putri nomor satu dunia berhasil meraihnya. Sebut saja Jelena Jankovic (Serbia) dan Caroline Wozniacki (Denmark) adalah dua nama pemain aktif yang pernah mengecap posisi nomor satu dunia, namun belum sekalipun memegang trophy gelar juara Grand Slam. Berbanding terbalik dengan Petra Kvitova (Cheko), Li Na (China), Samantha Stosur (Australia) dan Francesca Schiavone (Italy) yang belum berhasil mencapai peringkat nomor satu dunia, namun sudah pernah menjadi juara Grand Slam.
Kembali membicarakan pibu antara dua ratu cantik tennis dunia yang saya sebut di atas, malam ini di Jerman, di final Porsche Tennis Open akan mempertemukan Sharapova dan Ivanovic. Ini akan menjadi pertemuan ke-10 mereka, dimana Sharapova masih mendominasi dengan rekor kemenangan 7-2. Sementara untuk babak final, ini adalah pertemuan kedua mereka setelah sebelumnya pernah bertarung di final Australia Open 2008 yang dimenangkan Sharapova dengan score 7-5, 6-3
Satu-satunya kemenangan mutlak yang pernah diraih Ivanovic atas Sharapova adalah di Semi Final French Open 2008 dengan score 6-2, 6-1. Sementara pertemuan sebelumnya masih di tahun yang sama di Tokyo Open, Ivanovic dinobatkan menang setelah Sharapova mengundurkan diri pada set kedua.
Di atas kertas, Sharapova jelas lebih diunggulkan. Apalagi peringkatnya juga masih lebih baik dari Ivanovic. Saat ini Sharapova yang melorot ke peringkat 9 dunia sudah memastikan akan tetap berada di jajaran Top 10 dunia setelah berhasil mencapai babak final. Namun Ivanovic juga bukan tanpa ambisi. Berada di peringkat 12 dunia saat ini jelas membuatnya ingin memenangkan laga ini untuk semakin memudahkan langkahnya untuk kembali ke jajaran elite Sepuluh Besar dunia. Apalagi performanya akhir-akhir ini lumayan menjanjikan. Pada ajang Australia Open awal tahun lalu, dia berhasil menjungkalkan petenis nomor satu dunia Serena Williams (Amerika) di babak ke-4 sebelum kemudian takluk di tangan Eugenie Bouchard (Canada) di Quarter Final. En route Ivanonic menuju final Porsche Tennis Open ini juga lumayan meyakinkan. Ketangguhannya sudah di uji oleh juara Grand Slam Svetlana Kuznetsova (Rusia) di babak Quarter Final dan juga kompatriotnya Jelena Jankovic di babak Semi Final.
Untuk Sharapova sendiri, ini adalah final keduanya tahun ini. Setelah mencapai babak Final di Brisbane tahun lalu (kalah dari Serena Williams), lalu absen di beberapa turnamen akibat cedera.
Set Pertama
Game-game awal Sharapova sempat tampil dominan dengan menghujani lapangan pertahanan Ivanovic dengan serve-serve keras. Namun Ivanovic menjawab serangan Sharapova dengan return serve yang menukik tajam ke sudut paling jauh lapangan.
Berbicara mengenai kepercayaan diri, di babak pertama Ivanovic memang sangat percaya diri. Tidak hanya berhasil mematahkan serve Sharapova, dia juga membalas dengan serve-serve tajam yang tidak bisa dikembalikan dengan baik oleh Sharapova. Cukup mengejutkan, karena Ivanovic nyaris mem-bagle Sharapova dengan score 5-0, bahkan sampai pada posisi set point. Namun Sharapova menolak untuk dipermalukan dengan melewatkan set pertama tanpa score. Dengan sisa-sisa kekuatan, dia terus berjuang melewati beberapa kali deuce dan game point hingga akhirnya berhasil merebut tiga game berturut-turut. Sayang, score Ivanovic sudah terlalu jauh untuk dikejar. Set pertama dimenangkan oleh Ivanovic dengan score 6-3
Set Kedua
Ivanovic masih mencoba mempertahankan dominasinya, sehingga sempat memimpin dengan score 3-1. Sharapova juga tidak mau kehilangan momentum kebangkitannya yang sangat terlambat di set pertama, dia mulai mampu membaca arah serve Ivanovic yang di set pertama sangat banyak meyulitkannya. Kepercayaan diri Sharapova meningkat saat berhasil untuk pertama kalinya memimpin score dengan 4-3. Buat Ivanovic, di set kedua ini dia harus bermain habis-habisan. Di pihak lain Sharapova juga tidak tinggal diam dengan membukukan beberapa aces yang di set pertama tidak mampu dia tembakkan. Set kedua benar-benar berjalan ketat, dimana pada set ini kedua pemain paling banyak mendapatkan winners. Namun kali ini Sharapoba tampil lebih dominan, serangannya yang di set pertama banyak menghasilkan unforced error mulai menghasilkan poin demi poin, hingga akhirnya memastikan set kedua menjadi miliknya : 6-4
Set Ketiga
Set ini menjadi kebalikan dari set pertama. Di set ini Sharapova tampil gila-gila’an sejak game awal. Sementara Ivanovic sendiri entah kecewa dengan hasil di set kedua atau karena kehabisan energi di dua set sebelumnya, di set ketiga dia mulai tidak fokus. Gantian dia yang sekarang banyak melakukan kesalahan. Pukulan menyilang yang di set pertama dan kedua banyak memberikan angka, justru mulai terbidik keluar lapangan atau tidak mampu melewati net. Keadaan ini tidak disia-siakan Sharapova, dia tidak lagi memberi kesempatan Ivanovic untuk mengembangkan permainannya. Point demi point berhasil sampai akhir memenangkan set dengan score telak 6-1.
Sharapova memang tidak sia-sia pernah menjadi nomor satu dunia dan beberapa kali juga juara Grand Slam. Dia memiliki mental juara sejati. Di saat berada di ambang kekalahan, dia tidak menyerah. Sambil terus melakukan perlawanan, dia terus berpikir untuk mencari strategi mengalahkan lawan. Itulah yang dia lakukan saat posisi kritis 5-0 di set pertama dimana dia nyaris melewati set pertama tanpa score sama sekali. Dia dengan cepat menemukan strategi dan mempelajari kekuatan serta kelemahan lawan untuk kemudian bangkit dan merebut game-game berikutnya. Dan ini adalah gelar ketiga untuk Sharapova di turnamen yang sama karena dua turnamen tahun sebelumnya, dia juga keluar sebagai juara.
Ana Ivanovic juga sebenarnya tampil sangat perkasa, namun mungkin masih kalah stamina dibanding Sharapova. Terlihat di pertengahan set kedua, dia sudah tidak segarang game-game sebelumnya. Akurasi pukulan masih terjaga, namun sudah mulai kehilangan tenaga. Set ketiga adalah puncaknya, dimana body language-nya yang menunjukkan seolah energinya sudah habis terkuras. Kalau saja lawannya bukan pemain dengan mental  setangguh Maria Sharapova, dengan dominasi yang terjaga sejak awal pertandingan, dia bisa saja menjadi juara.