Ilustrasi: Shutterstock
Rindu di mana-mana sama saja:
selalu dan tentang kamu.Â
Ikhwal rindu, cobalah datangi perpustakaan dengan buku yang penuh debu dan kertas yang menguning. Pada malam-malam tertentu, buku-buku itu, akan membaca diri mereka sendiri. Pada siang-siang yang sibuk, buku-buku itu, akan memeluk diri mereka sendiri.
Perhatikan juga penjaga perpustakaannya: ketika lelah, ia lepaskan dan letakkan kepalanya di samping buku tamu dan ia mengobrol dengan suara parau; ketika mulai bosan, ia akan menulis dengan tinta dari biji bola matanya --adakah yang lebih tahu kesedihan selain matanya sendiri?
Rindu di mana-mana sama saja:
membingungkan; dikenang atau dikekang.
Seperti fatwa, rindu serupa nasihat tapi datang dari masa lalu. Membimbingmu hingga batas yang tak menentu.
Rindu di mana-mana sama saja:
ruang dan waktu adalah masalah.
Di langit, bulan dan bintang berdekatan. Di orbit, bulan dan bintang berjauhan. Demi kamu, bulan dan bintang berbaikan. Demi kamu, bulan dan bintang saling senyum sewaktu kamu bersedih.
Perjumpaan bulan dan bintang, ialah pak pos yang mengantar surat tanpa alamat.
Rindu di mana-mana sama saja, memang, tak pernah selesai meski kantuk sampai suntuk.
Perpustakaan Teras Baca, 8 Mei 2016