Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Jokowi Nge-mall dan Akhirnya Mampir ke Toko Buku!

10 Februari 2017   17:10 Diperbarui: 11 Februari 2017   10:24 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi memilih buku (Sumber: @Jokowi)

1/

Satu-satunya yang tidak dilakukan Kamerad Kliwon untuk jadi orang nomor satu PKI adalah, ia tidak menulis. Ia lebih suka membaca. Bahkan koran pun dengan setia ia tunggu walau pasti tidak akan naik cetak, karena saat itu tengah terjadi kerusuhan antara PKI dan Tentara Indonesia. Untuk itulah kita jadi paham ia tidak bisa setenar seperti DN. Aidit atawa Tan Malaka yang bisa dipercaya memimpin Partai. Walau kita semua tahu kapasitas dan kapabilitasnya.

Kalau tidak membaca koran, kata Kamerad Kliwon, bagaimana bisa tahu peristiwa yang terjadi.

Begitu yang digambarkan oleh Eka Kurniawan pada novelnya Cantik Itu Luka. Novel yang sampai sekarang masih saya tunggu kabarnya dari Pemerintah untuk jadi bacaan wajib pelajar Indonesia. Yha, seperti halnya buku-buku Pramoedya Ananta Toer di Amerika.

Kamerad Kliwon adalah tokoh fiksi. Seorang tokoh PKI yang tidak pernah ada! Namun, semangat, juga minatnya pada membaca itu, saya kira, patut dicontoh dan amat penting untuk diikuti. Suri toladan yang baik.

2/

Tan Malaka pernah iri kepada Bung Hatta. Iri yang lucu. Hanya karena dalam pelariannya Bung Hatta bisa membawa berpeti-peti buku sedangkan Tan Malaka tidak. Sekalinya Tan Malaka bisa membawa buku--walau hanya satu lemari-- itupun mesti ia ikhlaskan dengan membuangnya di laut. Satu demi satu buku ia lemparkan karena takut tertangkap saat pelariannya dari satu daerah ke daerah lainnya. Bapak Republik kita yang satu ini memang lucu.

Tapi kita sama-sama tahu: entah Bung Hatta atawa Tan Malaka bisa menghasilkan banyak tulisan bagus dengan bahan bacaan yang ada.

3/

Surat balasan Pramoedya Ananta Toer kepada Gunawan Mohamad cukup keras: bukan tidak ingin memaafkan pemerintah (dalam hal ini, Gus Dur pernah meminta maaf secara terbuka kepada seluruh korban PKI), tapi perlakuan terhadap dirinya sudah terlampau kejam dan parah. Naskah-naskahnya dihancurkan, buku-bukunya dibakar!

Sudah barang tentu Pram kesal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun