Kemarin, tumben sekali Peang merengek ke saya. Dia minta ke bioskop nonton film Rudy Habibie. Aneh. Biasanya hanya film-film kartun.
Bukannya saya tidak mau, tapi apa iya Peang bisa menerima film semacam itu?
Entah. Saya sendiri belum nonton. Entah. Film itu dikategorikan untuk usia berapa.
Tapi, itu bukan tayangan selain kartun pertama yang Peang tonton. Sebelumnya, Peang juga bisa mengikuti film 7 Manusia Harimau. Peang tahu alurnya, karakternya, siapa menjadi apa sejauh mana.
Hal yang sama juga terjadi pada film Transformer. Setiap film itu tayang di HBO atau Fox Movie atau apalah dari TV kabel, Peang selalu menontonnya.
Tapi film Rudy Habibie?
Yang saya takutkan hanya satu: adegan-adegan percintaan. Peang masih terlalu kecil untuk mendapati itu secara terang-terangan.
Walau saya menduga tidak demikian, mana mungkin sang film-maker tidak memanfaatkannya untuk mengeksplor Reza Rahardian dan Chelsea Islan?
Sedapat mungkin saya alihkan perhatian Peang terhadap inginnya menonton film Rudy Habibie. Toh, satu-satu cara rengekan anak kecil adalah dengan mengalihkan perhatiannya.
Sambil mengalihkan, saya cari tahu sebabnya.
Pertama. Trailer film dari YouTube. Saya periksa history Peang selama dua hari belakangan. Tidak ada. Saya hanya menemukan video-video kartun seperti BoBoBoi sampai Upin-Ipin. Selebihnya menonton tayangan-tayangan sepak bola yang lucu-lucu dan On The Spot.