Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dari Dekat Jendela Kereta

12 Mei 2016   09:25 Diperbarui: 12 Mei 2016   09:30 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Rindu duduk dekat jendela kereta. Ia memandang jauh ingatan dan kenangan yang berjalan beriringan yang tertinggal jauh di belakang dengan jenuh. Di luar hujan. Di luar gelap. Rindu memeluk kesedihannya sendiri dengan tangan yang masih bau kamu.

Kereta bergerak cepat. Kenangan silih berganti timbul dan tenggelam dengan lambat. Ingatan menyusul setelahnya, membawa satu tas penuh peristiwa. Rindu masih duduk dekat jendela kereta memandang keluar dengan harap dan sesak.

Malam makin menggigilkan rindu. Ada yang tiba-tiba membuncah dari pundaknya: sepasang sayap yang layu yang tak bisa menerbangkan pilu. Kenangan dan ingatan seperti bayi kembar tapi tak saling tahu siapa yang lahir terlebih dulu.

Sampai tiba waktu rindu, seseorang perempuan telah menunggu di stasiun perhentianmu. Kenangan dan ingatan telah selesai menuliskan ceritanya sendiri. Tak ada rindu dan perempuan itu. Rindu membawa pergi masa lalu.

Perpustakaan Teras Baca, 12 Mei 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun