Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

11 Fragmen Fiksimini Perihal Buku yang Tertinggal di Halte

20 Februari 2019   21:11 Diperbarui: 21 Februari 2019   18:09 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. Sebuah kota dengan gedung-gedung ketika mati lampu ketika senja. (foto: @siscaervani --edited)

i/ 
Buku itu tertinggal di halte tepat sebelum hujan mengguyur seluruh kota dan menenggelamkan semuanya. Hampir tidak ada yang selamat. Bahkan tak ada satupun berita --pada saat itu atau besoknya-- yang memuat. Kota itu tenggelam. Dan hilang. 

ii/ 
Semalam aku bermimpi: sepasang kekasih yang dipertemukan (kembali) setelah reinkarnasi dengan keadaan yang tidak menyenangkan. Mereka tidak saling kenal, tapi dipertalikan perasaan. Hubungan yang kering itu sengaja aku karang demi bisa menguatkan perasaan setelah tadi sore kamu meninggalkanku saat hujan turun dengan deras-derasnya dan aku tidak mampu menahannya.

iii/ 
Buku itu khanyut. Dalam perjalanannya, buku menuliskan sendiri apa yang dilewatinya tanpa sekalipun ada yang terlewat. Kecuali suatu ketakutan jika nanti tidak selamat.

iv/
Aku terbangun lewat tengah malam dan tidak bisa tidur lagi. Mimpi buruk itu membuatku berada pada pilihan sulit: mati atau hidup tersiksa. Keringat sebesar biji jagung mulai memenuhi kening dan dadaku. Aku ingin sesegera mungkin tidur dan membuat lagi mimpi baru.

v/ 
Hampir tidak ada yang ditutupi dari buku itu. Bahkan ketika salinan surat dari seorang jenderal kepada kucing kesayangannya menempel pada sampul belakang buku: Jika aku mati nanti, tolong simpan baik-baik rahasia negara sampai orang-orang lupa dan kekuasaan berpindah tangan hingga ribuan kali. Kucing yang memegang rahasia itu tersangkut di pagar selokan gedung pengadilan.

vi/ 
Itu kecelakaan paling mengerikan yang pernah aku lihat dengan mata-kepala sendiri. Tepat di depan halte dekat stasiun motor beradu dengan motor lain. Kedua motor itu hancur, tetapi kepala korban tetap utuh. Jika diperhatikan lebih saksama dari rekaman CCTV, kepala itu mengalami benturan yang cukup keras dari apa yang ia tahu dan yakini. Sepertinya dia pengendara yang keras kepala, kataku dalam hati.

vii/ 
Seekor anjing memeluk buku itu dengan erat. Ia kira itu kitab suci yang bisa menghalalkannya.

viii/ 
Hujan mulai turun. Bulan menggantung sendirian di langit malam. Halte dan stasiun saling menunggu: mana yang lebih dulu paling sepi dan sunyi. Aku berdiri di jembatan yang menghubungkan mereka dan melihat keduanya seperti filsuf yang saling mendebat makna hidup.

ix/ 
Seperti kena gusuran atau razia, lokalisasi itu mendadak tak berpenghuni ketika buku itu lewat. Begitulah kamasutra terbuat.

x/ 
Ojek itu datang. Menghampiriku di halte dengan helm yang tidak dilepasnya dan membuatku curiga: ada bekas darah yang masih basah dekat leher jaketnya. Ia membawaku pulang tanpa pikir panjang.

xi/ 
Buku itu bukuku. Adakah yang melihatnya? Jika kamu percaya apa yang buku itu ceritakan, itu artinya kita semua sudah tidak ada. Hanya tersisa buku itu dan isi buku yang belum aku baca sampai selesai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun