Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gagalnya Tipu-tipu ala Prof. Wenger

6 November 2017   01:21 Diperbarui: 6 November 2017   12:32 1729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arsenal manager Arsene Wenger (Photo by Stuart MacFarlane/Arsenal FC via Getty Images)

Arsenal merilis susunan pemainnya 30  menit sebelum laga tandang mereka melawan Man. City melalui akun twitter  resminya. Tentu saya kaget, Wenger menawarkan skema 4-3-3 untuk  meladeni kedalaman skuat Man. City yang musim ini amat superior di Premier League. Ada perasaan sedih dan kekosongan yang mendalam kala  memercayai itu. Sudah menyerahkah Wenger dengan formasi andalannya? 

Begini, saya akan coba menerkan isi kepala Prof. Wenger.

Tidak  banyak pilihan pemain belakang untuk Wenger kala bertamu ke Etihad  Stadium, markas Man. City. Holding baru saja berlaga (malam) jumat lalu.  Martestacker terlalu lamban untuk meladeni kecepatan pemain depan Man.  City (wabil-khusus, Sterling). Chambers masih dalam pemulihan cidera. Yang tersisa: Koscielny dan Monreal. Sebenarnya ini sudah cukup, tapi  untuk melawan tim yang sudah mencetak 35 gol dalam 10 pertandingan,  tentu saja ini bisa jadi bulan-bulanan lawan.

Maka,  inilah pasukan bertahan yang bisa Prof. Wenger andalkan: Bellerin,  Koscielny, Monreal dan Kolasinac. Dengan sedikit bala bantuan dari Coquelin dan Xhaka, sepertinya saya bisa sedikit memahami maksud Prof. Wenger sebelum laga mulai, "counter-attack akan menjadi kunci."

Sudah  barang tentu pemain yang dijadikan kunci pola serangan ini adalah  Ramsey. Dengan umpan yang langsung di-direct dari belakang, entah Xhaka  atawa pemain lain, Ramsey mendapat tugas berat untuk kembali mengalirkan  bola itu kepada 3 ujung tombak Arsenal: Iwobi, Ozil dan Sanchez. 

Itu  semua strategi dan hitung-hitungan belaka. Kenyataannya, sejak menit  awal Arsenal diserang habis-habisan. Hampir pemain yang sekadar bisa berlari, Sterling mencetak gol dari umpan Sane. Untungnya itu Sterling  bukan yang lain. Dan sedari awal pertandingan tidak ada pressing ketat. Akibatnya pada menit ke-19 De Bruyne berhasil menceploskan bola ke  gawang Cech, 1-0!

Tipu-tipu itu mulai terlihat dan nampak

Setelah  tertinggal 1 gol dan terus diserang, akhirnya formasi sesungguhnya  Arsenal kembali menjadi 3-4-3. Atau memang inginnya seperti itu, namun  malah tidak berjalan. Coquelin (sebenarnya) menjadi ekstra center back.  Bukan sebagai stopper atau holding midfielder, melainkan pemain bertahan, hanya saja posisinya sedikit lebih di depan dibanding  Koscielny dan Monreal. 

Ini  pun pernah Prof. Wenger uji selama tur pra-musim lalu. Tetapi yang  dicoba kala itu adalah Elneny, bukan Coquelin. Dan terbukti sukses. Bahkan beberapa pertandingan terakhir Prof. Wenger terapkan pada  pertandingan-pertandingan non-Premier League seperti Carabol Cup dan Europa League.

Sayang, memang dasar Profesor, mencoba-coba formasi kok pada laga yang penting dan  berat. Coquelin kewalahan memutus serangan yang dibangun Silva De  Bruyne, Fernandinho dan Sane. Tugas pertama dan utama yang tidak mudah  bagi Coquelin.

Namun,  kemalangan seperti datang lebih cepat untuk Arsenal di awal babak kedua.  Sterling yang-hanya-bisa-berlari-itu terjatuh di kotak pinalti. Aguero  berhasil mengeksekusinya dengan baik, 2-0!

Melihat  formasi yang Prof. Wenger gunakan sebenarnya bukanlah hal yang  revolusioner. Jauh sebelum itu, Liverpool era King Kenny sampai Conte  saat awal-awal menangani Chelsea pun menggunakannya. Dari kedua pelatih  itu juga sudah bisa kita lihat hasilnya: Liverpool menutup musim di  peringkat 10 dan Conte terlampau cepat sadar dan cepat-cepat mengganti  formasinya hingga akhirnya juara. Sedangkan ini, Prof. Wenger baru  mencobanya. Helaaaaw!

Memasukkan Laca dan Menggeser Iwobi

Coquelin  terbukti gagal memainkan perannya. Tugasnya sama sekali tidak  diselesaikan. Prof. Wenger kadung geram melihat anak asuhnya dikeroyok  di pertahanan sendiri. Lacazatte sebagai amunisi pertama dimasukka,  Coquelin keluar. Dengan begitu harapan kembali dihembuskan lewat  tri-sula penyerang Arsenal: Ozil, Sanchez dan Lacazatte (sebagai  tumpuan).

Terjadi  pergeseran posisi. Arsenal memakai full center back: Koscielny, Monreal  dan Bellerin yang ditarik ke belakang. Iwobi menggantikan posisi Bellerin sebagai winger kanan. Tidak ada lagi ekstra center back.  Xhaka dan Ramsey tetap di menempati posisi tengah. Efeknya langsung cepat didapat: Lacazatte mencetak gol, 2-1!

proses terjadinya gol Arsenal dan peran penting Iwobi (@Arsenal)
proses terjadinya gol Arsenal dan peran penting Iwobi (@Arsenal)
Iwobi  yang sedari awal pertandingan tidak terlihat fungsi dan manfaatnya  selain melengkapi jumlah pemain Arsenal menjadi 11, ia memberi kontribusi terhadap asis Ramsey kepada Lacazatte. Dari operan-operan  pendeknya yang membuka pertahanan sampai pergerakan tanpa bola yang membuka ruang.

Gol yang berbau offside yang disahkan

Sudah tetinggal cepat, diperberat oleh gol penalti, kemudian gol yang jelas  berbau offside malah disahkan. Tidak lama setelah Gabriel Jesus dimainkan menggantikan Aguero, berhasil dengan mudah membobol gawang  Cech, 3-1. Jika boleh meminjam cuitan Mbah Tedjo saat itu, "Pra Peradilan offside City dikabulkan".

Bagaimana  jika Arsenal adalah Persib Bandung, mungkin sudah walk-out saja.  Untunglah sikap Prof. Wenger tidak seperti oknum tim Persib Bandung yang  sampai sekarang belum diketahui siapa dalang di balik aksi walk-out  mereka kala dikalahkan Persija Jakarta. Sikap Prof. Wenger adalah  memainkan Giroud dan Wilshare secara bersamaan. Iwobi dan Xhaka ditarik  keluar.

Saya sungguh  tidak mengerti lagi jalan pikiran Prof. Wenger. Formasinya semakin tidak  karuanan. Yang malah tampak adalah jika ingin makin banyak kebobolan silakan, tapi Arsenal tidak akan meninggalkan lapangan sebelum  berakhirnya pertandingan. 

Namun  ada benarnya apa yang diucapkan Pep kepada Prof. Wenger setelah laga  usai, "the penalty was a penalty, the offside was offside but we won  because we were better". Dan, yang lebih menyedihkan dari kekalahan adalah melihat teman makan ketoprak pake telor, lengkap dengan es teh tarik. Sedangkan kita orang tidak. Apeeeeeu!

meski design-nya bagus, tetep aja kalah (@Arsenal)
meski design-nya bagus, tetep aja kalah (@Arsenal)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun