konon, kita mulai mengenal sajak
sejak kesedihan telah memberi jarak.
dalam ingatan, mata dan punggungmu,
juga lenganmu,
tempat terbaik merawat luka. pilu
kerap diobati di sana. berlarat-larat.
tidak pernah ada
masa lalu, katamu, kemarin
adalah mimpi. lupakan.
bakar, kalau perlu. masa lalu
itu abu yang dibawa angin.
jika sudah pukul 5 pagi, lampu-lampu
jalan akan bingung
: hidup atau mati sama saja,
tidak ada yang peduli. barangkali
seperti itu cara terburuk mengingatmu.
benar adanya, kita mulai mengenal
sajak
sejak
jarak
memberi ruang untuk bersedih.
sebelum itu, dulu, sajak
masih bernama kamu.
Perpustakaan Teras Baca, 04 Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H