LAGI-lagi Papua. Tidak di kantor, tidak juga ketika bertemu dengan saudara ketika halal bi halal. Bukannya bosan. Saya malah senang, karena semakin banyak hal baru yang barangkali saya baru tahu.
Cerita itu bermula saat membanding-bandingkan harga rokok. Bayangkan, dari hal sekecil itu bisa meleber ke Papua. Sampai pada akhirnya membahas sejarah Indonesia - Amerika - Belanda.
Salah satu saudara saya pamit karena ingin keliling untuk maaf-maafan terlebih dulu. Di situ tinggal saya dan Gopah. Kami berdua rokokan dengan sirup marjan rasa melon. Perbincangan tadi pun berhenti ketika membahas MoU Indonesia dan PT. Freeport Indonesia, serta campur tangan Belanda. Tiba-tiba Gopah ingat kenangan sewaktu mendatangi kediaman eks-Menlu Indonesia: Mr. Sunario. Entah mengapa mesti menggunakan "Mr." di depannya.
Semula Gopah diberi tahu Bosnya untuk mendatangi rumah salah satu teman Ayahnya. Gopah tidak tahu siapa. Gopah hanya diberi alamatnya. Butuh bantuan, katanya, penting sekali. Kemudian berangkatlah.
Rumah yang mesti Gopah datangi ada di Jalan Cikini Raya. Di sekitarnya sudah dibangun gedung-gedung. Hanya ada satu rumah di sana. Rumah yang Gopah datangi.
Gopah disambut asisten rumah tangga. Ia mempersilakan Gopah langsung masuk ke ruang kerjanya saja. Sudah ditunggu, ujar asisten rumah tangga itu sambil masuk ke dapur untuk menyiapkan minum. Ketika baru membuka pintu, Gopah bingung, lantainya berserakan buku. "Bagaimana cara saya masuk, Mr?" tanya Gopah. Karena memang sama sekali tidak ada celah untuk sekadar jalan.Â
"Injak saja bukunya. Injak. Tidak apa-apa. Silakan," kata Lelaki tua yang sedang di meja kerjanya. "Saya, Mr. Sunario. Sunario Sastrowardoyo." lanjut Lelaki itu, sembari berdiri dan menyalami.
"Maaf sudah menginjak buku-bukunya, Mr. Sunario," kata Gopah. "Kenapa tidak dibenahi saja?"
"Gapapa. Ini dibiarkan berantakan supaya saya gampang mencari buku yang saya ingin baca, kalau di lemari, lama,"
Gopah hanya mengangguk dan menaruh tasnya di salah satu sudut.
Ternyata Mr. Sunario lupa sandi lemari brankas. Beberapa hari lagi Ia diminta hadir oleh Presiden Soeharto ke Istana untuk pertemuan. Mr. Sunario mesti mengambil piagam yang tersimpan di lemari brankas itu.