Peang tidak mau. Ia buka paksa plastik amplop itu dan mengambilnya satu. Dibawa amplop itu ke kamar.
"Buat apa amplopnya?" tanya Gomah langsung. Buat diisi uang, jawab Peang.
Oia, Peang juga punya uang. Pecahan dua ribu, seribu dan lima ratusan. Sejak umur 5 tahun memang sengaja diberikan. Bukan untuk apa-apa kok, uang itu untuk memberi kalau ada pengamen atau badut datang ke rumah.
Sepulangnya saya di rumah tadi, saya lihat ada amplopnya Peang di meja komputer. Penuh. Uang isinya. Dari 10ribu sampai 50ribu ada. Entah berapa jumlahnya.
"Ini uang siapa?" tanya saya ke Gomah.
"Punya adek,"
"Lah, banyak,"
"Tadi sore dia keliling dari rumah ke rumah, buat lebaran katanya, terus pada ngasih,"
Kelakuan.
Barangkali tetangga-tetangga saya tahu kalau Peang selalu bangun saat sahur. Sebab, setiap kali main ke rumah orang, Peang bisa menceritakan pertandingan bola semalam.Â
Peang sudah tertidur di kamar. Selesai cuci kaki dan tangan, lalu makan, saya masuk kamar untuk menemani Peang tidur.