Ada yang tidak bisa dan tidak biasa
saya lakukan: menjadi badut
di akhir pekanmu. Membawa riang di kepalamu, memanen tawa di gincu bibirmu,
menghempas sumuk di tubuhmu.
Saya ini patung. Kamu itu petang --Sang Senja penghabisan.
Ada lagi. Saya juga tidak ingin
dan tidak mungkin bergelayut di lenganmu; misuh-misuh manja
seperti kucing baru diberi ikan asin.
Lenganmu samudra di mana matahari tenggelam dengan mesra.
Saya ini patung. Kamu itu petang --keindahan yang masih harapan.
Dan ini
yang saya tidak lagi lakukan dan rindukan
: memanggilmu, sayang.
Kelak, kesedihan menjadi satu-satunya cara mengingatmu.
Perpustakaan Teras Baca, 25 Juni 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H