saya tuang kamu dalam kopi
ini, amat pekat di kepala
ketika baru saja dicecap
gerimis mempercepat kelam kopi
kamu, dalam kenangan itu
ciuman-ciuman yang dikejar segera
kopi kamu
dikeroyok sepi
dikoyak sunyi
rindu jauh pergi
saya tuang kopi dibibirmu
sekilas terdengar dari mulut terucap
: sayangi kamu!
kopi.
kamu.
lalu rindu yang entah;
mungkin mati.
ah, kamu ke manakan rindu
buat aduk ini kopi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!