Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Langit-langit yang Berpuisi

24 Maret 2015   18:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:06 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ilustrasi

1/
ada kupu-kupu tertegun
di taman yang sepi

ada bunga-bunga termenung
di taman yang sunyi

ada kamu sedang melamun
di hati yang nyepi

2/
langit sore hangat. matahari
serupa jeruk mandararin  yang masam.
Lihatlah! ada bocah laki-laki
menangis di taman
sambil memeluk lukisan yang
di belakangnya ada ponten enam!

di kanvas bocah itu melukis langit
putih, halus, dan mulus
seperti belum tercoret tinta
barang setetes.

bukan, katanya. "Ini lukisan
paha seorang perawan!"

3/
apa kamu pernah bayangkan ada langit
yang cemburu saat langit lain selepas hujan
dihias pelangi?

lalu
langit itu bersedih
lalu
langit itu berpuisi

4/
biarkan bocah laki-laki itu menangis
di taman yang langitnya bersedih
dan berpuisi. kesedihan mengajarkan:
luka itu sajak
cinta yang berkarat

Stasiun Palmerah, 23 Maret 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun