Mohon tunggu...
Hari anto
Hari anto Mohon Tunggu... -

ingin konsisten menciptakan tatanan masyarakat yang dilandasi keadilan yang bermartabat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Adalah Simbol Kesabaran dalam Membangun Bangsa

26 Agustus 2013   12:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:48 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan Adalah Simbol Kesabaran Dalam Membangun Bangsa

Harianto

Memasuki tahun ajaran baru ini, lembaga pendidikan formal mulai dari TK sampai perguruan tinggi telah merekrut peserta didik baru  yang akan mencari ilmu dijenjang tertentu. Segala bentuk persiapan dilakukan oleh calon peserta didik untuk memasuki sekolah yang dikehendaki,. Mulai dari persiapan untuk seleksi, sampai persiapan untuk memenuhi kebutuhan materi ,seperti uang pendaftaran , seragam, buku dan lain-lain. Sekolah  Negeri dan perguruan tinggi negeri(PTN) menjadi pilihan utama bagi calon peserta didik. Mereka menganggap, bahwa sekolah negeri/PTN  memiliki kualitas lebih baik, lebih murah dibandingkan dengan sekolah/PTS dan akan lebih mudah dalam mencari pekerjaan. Asumsi ini kemudian, justru akan membuat rentan terjadi  jual beli atau jalur belakang, kalau penulis boleh mengistilahkan, untuk masuk sebuah sekolah negeri/PTN. Secara logika, ini masuk akal kalau rentan terjadi jual beli, jika memang anggapan dalam masyarakat semacam itu. Sebagian besar Masyarakat masih cenderungan mengukur pendidikan dengan materi, padahal justru ukuran tersebut akan menjauhkan substansi  dari tujuan pendidikan. Proses pendidikan sudah tidak lagi berbicara sebagai proses penyadaran peserta didik. Proses pendidikan hanya dibuat modal bagaimana mudah dalam mencari pekerjaan dikemudian hari. Selain itu, proses pendidikan kita masih terjebak pada angka-angka, dalam mengukur keberhasilan peserta didik. Sebagai contoh,  Demi angka yang telah disepakati  sebagai batas ketuntasan,jauh-jauh hari sebelum ujian nasional siswa dicekokin mata pelajaran yang nantinya diujikan dalam ujian nasional, yang bisa jadi sudah tidak lagi menghiraukan mata pelajaran semacam sejarah bangsa, kewarganegaraan dan agama misalnya. Tidak berhenti sampai disitu, dalam ujian pun siswa diajak untuk berkompromi demi kepentingan bersama. Sekolah tidak mau malu jika banyak yang tidak lulus, siswa tentunya juga tidak mau jika tidak lulus setelah belajar sekian lama yang  menghabiskan biaya tidak sedikit . kalau sudah seperti itu, masihkah kita akan berharap akan muncul generasi-generasi bangsa yang benar-benar cerdas dan berahlak mulia, yang mampu membentuk masyarakat adil dan makmur dikemudian hari?.

Disamping persoalan diatas, masih ada  persoalan yang juga sanat substansial dalam hal pendidikan,seperti penyamarataan diwilayah pendidikan, baik penyamarataan fasilitas disekolah/PT maupun penyamarataan akses masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Pendidikan searusnya tidak dipeta-petakan, Karena sudah menjadi amanah konstitusi untuk mencerdaskan seluruh anak bangsa. Seperti sekolah bagi anak orang kaya fasilitas cenderung mewah, bagi yang ekonominya rendah fasilitasnya sangat terbatas, itupun kalau masih bisa sekolah. Di indonesia, Masih banyak sarana dan prasarana sekolah yang belum memadai, sehingga proses belajar mengajar menjadi kurang maksimal. Mahalnya biaya pendidikan juga menjadi persoalan tersendiri bagi masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah. Penyamarataan fasilitas maupun akses masyarakat dalam mengenyam proses pendidikan ini harus benar-benar dimulai, karena ini sangat mendasar bagi keberlangsungan pendidikan bagi seluruh anak bangsa. Sebagai contoh, dari tidak meratanya fasilitas pendidikan disetiap lembaga pendidikan, terjadi ketimpangan lulusan yang dicapai. Lulusan dari sekolah-sekolah mahal yang memiliki banyak fasilitas belajar, kaya akan pengalaman belajar daripada lulusan yang hanya dari sekolah yang memiliki fasilitas terbatas.

Persoalan pendidikan, memang menjadi persoalan yang harus segera dibenahi, jika bangsa ini masih memiliki cita-cita menjadi bangsa yang berkarakter dan cerdas. Pendidikan harus memiliki visi kedepan. Pemerintah harus merubah gaya pendidikan yang berorientasi hasil, menjadi pendidikan yang berorientasi pada proses. Sekali lagi, Karena pendidikan merupakan sebuah proses penyadaran. Nilai yang disimbolkan dengan angka dan huruf-huruf hanyalah sebuah indikator keberhasilan dari sebuah proses yang benar. Kenapa kemudian terdapat banyak kecurangan dalam proses akhir atau ujian hanya untuk mengejar nilai?. Jawabannya, barangkali ada sesuatu yang salah dalam proses. Untuk melaksanakan pendidikan yang berorientasi pada proses, bagi penulis pertama yang harus dilakukan haruslah menyamaratakan fasilitas sarana dan prasarana kepada seluruh lembaga pendidikan formal yang ada, kedua membuka akses bagi seluruh anak bangsa untuk mengenyam pendidikan, dan ketiga pelajaran yang diberikan outputnya tidak hanya membuat peserta didik cerdas dalam hal teori, melainkan juga mampu membuat peserta didik  menyadari eksistensinya sebagai hamba Tuhan dan memiliki rasa nasionalisme kebangsaan yang tinggi. Jika proses ini dilakukan dengan baik, maka kita tinggal sabar menunggu beberapa waktu kemudian akan muncul sistem tatanan masyarakat baru diindonesia yang berkeadilan dan makmur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun