Mohon tunggu...
Harry Purnomo
Harry Purnomo Mohon Tunggu... profesional -

suka ngantuk kalau baca.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adu Peran dalam "Ketoprak Perppu"

7 Desember 2014   05:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:52 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (Perppu Pilkada), khususnya setelah  Partai Golkar menyatakan menolak Perppu tersebut, sangatlah menarik, sebagaimana asal muasal Perppu itu dimunculkan, dan hal-hal yang melatar belakanginya. Selayaknya sebuah drama, kelahiran Perppu tersebut punya latar belakang adu syahwat kekuasaan dan pencitraan. Terkandung di dalamnya ada adu strategi, tipu muslihat, maupun nuansa dendam.

Partai Golkar menolak Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (Perppu Pilkada) setelah mendengarkan suara-suara peserta Munas IX di Bali. Sebagaimana diungkapkan oleh Sekjen Partai Golkar Idrus Marham, "Perlu kita mengakomodasi aspirasi yang ada dan dinamika yang ada. Maka, kita berkesimpulan dalam rangka mengakomodasi itu, kita membuat rekomendasi. Munas Golkar merekomendasikan kepada DPP dan fraksi untuk menolak Perppu Nomor 1 Tahun 2014 dan Nomor 2 Tahun 2014," lihat disini.

Mantan Presiden SBY yang juga Ketua Umum Partai Demokrat selaku penggagas Perppu Pilkada tersebut merasa dikhianati oleh Partai Golkar. Keputusan Golkar menolak Perppu dianggap pembangkangan terhadap akta kesepakatan yang telah ditandatangani bersama. "Kini secara sepihak PG menolak Perppu, berarti mengingkari kesepakatan yang telah dibuat. Bagi saya, hal begini amat prinsip. *SBY*," tulis SBY dalam akun Twitter resmi miliknya, @SBYudhoyono, Kamis (4/12/2014) malam di sini dan di sini juga.

Bagi saya, sederhana saja. Menikmati sajian "Ketoprak Perppu" ini, selayaknya menonton Indonesia Lawak Club atau "Ketoprak Gubernur DKI" ala FPI, dengan hati tenang dan bersiap-siap untuk tersenyum atau kadang gregetan. Mengapa ? Karena pada pertunjukan “Ketoprak Perppu” ini saya yakin akan mendapatkan suguhan yang menarik, sebuah drama panjang yang mampu mengaduk-aduk emosi pemain dan penonton. Dengan pemain-pemain berkelas, yang berpengalaman dan telah terbukti kualitas aktingnya.

Saya tidak berharap banyak dari pertunjukkan "Ketoprak Perppu" kali ini, kecuali hanya ingin menikmati akting dari para tokoh partai itu dan tentu saja akting para figurannya juga. Harapan saya bahwa masih ada niat baik dari mereka, telah terbang bersama drama walk out dan tempik sorak kemenangan mereka kala itu.

Sumber Gambar: gambar 1 gambar 2 gambar 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun