rel kereta ini
seakan tak berujung
bantalan demi bantalan
kutapaki setiap hari
walau panas lubangi kepala
dan luka gerogoti kaki
rasa haus tak lagi ada
karena setiap datang dahaga
kuiris nadi dan kuisap mesra
kususui diriku sendiri
asal tetap langkahku tak henti
mulut ini sudah enggan mengunyah
cacing-cacing di perutku sudah tak lagi resah
cukup senang mereka berenang-renang
berpasang-pasang dalam darah terkubang
kornea mengering
pandangan mengabur
fatamorgana tak lagi menarik hatiku
ingin ku berbaring
menanti kereta melindas diriku
hingga terpisah kepala dari hati
dan hati dari zakar
tak perlu lagi kesesuaian
akal sehat dengan perasaan
perasaan dengan nafsu syahwat
biar bebas
lepas
lalu kebas
tanpa nafas
kereta api makin mendekat
asap pekat menjilat-jilat
bumi bergetar seolah melompat-lompat
kulihat masinis meringis
lalu tertawa sinis
salah jalur, tolol…!
kalau kau masih mengompol
jangan biarkan zakarmu menonjol
kereta berlalu
tanpa menyentuhku
bingung aku
lalu kau datang menghampiri
dan mengajakku bicara cinta?
tai anjing!!!
pergi kau jauh-jauh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H