"Ayo, sedikit lagi sampai!" Ucap seorang sahabat yang memberi tahu bahwa Bukit Rhema sudah dekat. Kendaraan motor yang kami bawa diparkirkan pada tempat khusus yang berjarak 300 meter dari lokasi "Gereja Ayam" yang terkenal itu. Untuk sampai di Bukit Rhema, kami perlu mendaki jalan yang cukup terjal. Syukurlah jalanan yang ada sudah terdapat tangga.
Untuk akomodasi dari salah satu tempat wisata rohani di Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah ini, sebenarnya tersedia kendaraan mobil Jeep untuk mengantarkan wisatawan dari tempat parkir ke Gereja Ayam tersebut. Akan tetapi, kami lebih memilih untuk berjalan kaki saja sembari menikmati alam sekitar yang masih sangat asri.
Tiket masuk lokasi kawasan Bukit Rhema dikenai biaya Rp.25.000,- dan sudah termasuk tour keliling bangunan, serta beberapa potong ubi goreng sebagai cemilan. Rasa capek menyusuri tanjakan 300 meter seperti sirna dalam sekejap setelah mendapati bahwa Gereja Ayam yang terkenal itu memancarkan rasa teduh yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata
"Kita istirahat sekejap sambil ambil nafas dulu ya, sebelum masuk dan melihat-lihat ke dalam," ucap seorang sahabat ketika melihat kita semua sangat capek.
Nampak beberapa pengunjung lain sedang berfoto ria di depan bangunan berwarna putih dengan paruh warna merah tersebut. Meski dikenal sebagai Gereja Ayam oleh banyak orang, namun wisatawan yang hadir tak terbatas dari umat Nasrani saja. Lokasi wisata ini memang diperuntukkan bagi semua umat yang hendak berlibur, melihat-lihat, hingga merenung dan berdoa.
"Mari silahkan, saya antarkan kakak-kakak untuk lihat-lihat ke dalam," sambut seorang tour guide dengan sangat ramah.
Dengan lugas ia menjelaskan aturan tour, lalu kami dengan antusias mengikuti setiap arahannya. Bangunan ini terdiri dari 7 lantai yang masing-masing lantainya memiliki cerita tersendiri. Lantai 1 diperuntukkan sebagai ruang doa bagi semua pengunjung yang datang. Terdapat cukup banyak ruang doa yang tenang, tempat penyembahan pada Tuhan, serta mushollah.
Khusus lantai 1, pengunjung dilarang untuk mengambil gambar agar tidak mengganggu situasi teduh. Hal ini bertujuan agar pengunjung yang berdoa atau merenung bisa fokus. Seperti nama tempatnya yakni Bukit Rhema, Rhema sendiri memiliki arti tujuan atau perkataan Tuhan yang menerangi pikiran dan hati orang yang menerimanya.